Skip to main content

error,"Maaf Mas, Aku Mencintaimu..."#Episode 12

"Yuk kita pergi sekarang"


"kemana?", tanyaku pada Mas


"Penghulu"


Aku terdiam mendengar kata-kata Mas. Penghulu? kita? Hmm...


"Untuk apa?"


"Nikah!"


Dalam hati aku tersenyum. Senyum yang sama seperti yang mengembang di bibirku saat ini. Bahagia? Hmm... Jujur, aku tak percaya akan hal ini. Maaf Mas, aku rasa itu cuma sekedar intermezzo darimu. karena selama ini sikapmu tidak menyatakan hal yang sama. Menikah, cinta, sayang, perhatian. Mas selalu berkata cinta dan sayang untukku, selalu memintaku untuk mencintai Mas selamanya, tapi juga tak pernah kurang dari jutaan kali aku mendengar Mas berkata bahwa Mas tak bisa menikah lagi. Mas tak ingin mengingkari sebuah komitmen pernikahan. Ingkar dari komitmen pernikahan? Bukankah sekarangpun Mas sedang ingkar?? Hmm...!


Rasanya seperti dijatuhkan dari menara yang tinggi. Harusnya aku bahagia. Ya, aku memang bahagia. Tapi hatiku berkata lain sewaktu Mas menyebut kata menikah. Wajah Mas memang serius, tapi aku percaya dan yakin bahwa itu cuma sekejap... Mas, jangan menyakitiku dengan ucapan yang tidak akan Mas realisasikan. Jangan menyakitiku dengan kalimat yang sebenarnya tidak pernah ada dalam hatimu. Aku mencintaimu dengan tulus. Jangan menyakitiku dengan sikap yang membingungkan.


"kita kawin lari"


"Lari? kawin lari?", bingung aku mendengar apa yang Mas katakan padaku


"Ya, kawin lari"


Dalam bayanganku tergambar tentang kawin lari. Sepasang remaja yang kabur dari orang tuanya utuk menikah dengan pujaan hatinya. Sedangkan aku? Usiaku jauh di atas remaja! Nyawaku juga terbagi-bagi dengan 3 jiwaku tercintaku. kawin lari?? Hmm...


"Maksud Mas, lari dari siapa?"


"Lari dari istri gue. kita pindah luar kota. Tinggal di sana. Mau?"


Hidupku amat penuh dengan orang-orang yang kucintai. Orangtuaku adalah orang yang kucintai. Mungkin bukan malaikat, tapi aku merasa aku harus tetap ada dekat beliau berdua yang sedang dalam sakit. Ngka, Esa, Pink, tiga nyawa kecil yang amat sangat aku cintai . Juga pekerjaanku yang ada di di kota ini. Apakah aku harus melepas semua ini demi egomu semata, Mas? Tidakkah Mas berpikir tentang aku? Hmm...


"kenapa harus di luar kota? Bisa kan di sini aja? Menikah, dan tetap tinggal di kota ini", ujarku


"Ga bisa! Harus di luar kota"


Mas, Mas memang suami yang baik. Menjaga hati seorang istri dengan baik. Tapi tidak menjaga hatiku. Mas melindungiku dengan baik, tapi tidak melindungiku dari hubungan yang menyesakkanku dan hubungan yang sebenarnya menyiksamu. Mas, maaf... aku memang mencintaimu amat sangat, tapi tidak bisa mempercayaimu dalam hal lini, karena sikapmu tidak seserius ucapanmu di awal tadi.


"Terserah lo. kalo lo ninggalin gue pun, gue tetep sayang lo! Gue tetep cinta lo sampai kapanpun!"


Rasa cinta yang ada dalam hatiku takkan pernah bisa Mas tebak. Jauh lebih besar dari yang Mas kira. Jauh lebih besar dari yang Mas pikir. Jauh lebih besar dari yang Mas punya! Aku tak memintamu mencintaiku, aku tak memohon padamu untuk tetap mencintaiku. Mas memintaku untuk mengerti. Sudahkah Mas mengerti tentang perasaanku? Hmm...


Malam menambah senyap suasana. Dan aku tenggelam dalam alunan hatiku sendiri. Mengapa alunan ini berdenting tanpa suara... Aku membutuhkanmu, Mas.., mengalun dalam hati bersamaku, tanpa sebuah keterpaksaan...


"Lo mau ninggalin gue ya? Ga! Gue obrak-abrik semua kalo lo ninggalin gue! Lo ga boleh pergi dari gue!", Mas memukul stir mobil keras-keras


"Aku tak akan pernah meninggalkanmu, Mas. Dalam hatiku tetap ada Mas. kemanapun aku pergi, ada Mas dalam hatiku. Jika aku tak bersamamu, bukan berarti aku berhenti mencintaimu. Aku tak pernah akan menyerah dalam menncintaimu. Ini sudah keputusanku. Aku tetap ada untukmu. Tapi mungkin aku berada di tempat yang tak terlihat olehmu"


"Mau kemana lo? Mau pergi kemana lo? Gue cari lo"


Mas, kenapa harus mencariku jika aku tak ada? Bukankah saat ini aku ada di sini bersamamu? Mengapa tidak memegangku erat-erat agar tak terlepas darimu sewaktu aku masih ada? Hmm...


"Gue sayang lo! Terserah lo mau bilang gue apa. Gue pengecut! Gue ga bisa ambil tindakan apa-apa!"


Mas, aku mencintaimu, amat mencintaimu. Sikapku hanya jawaban dari sikapmu, Mas. Ah Mas, jik
a suatu waktu nanti aku tak lagi ada di sini, aku berharap masih ada sisa cinta walaupun hanya secui di hatimu untukku, dan masih ada rindu untukku walau hanya samar...


Malam membekapku, dan membawa pikiranku masuk dalam kelamnya, seakan enggan memberi sinar pada jiwaku... Mas mendekapku erat-erat. Aku bersyukur bisa mencintaimu, Mas. Tapi entah denganmu... Aku mencintaimu Mas. Maaf Mas jika cinta yang kupunya ini membingungkanmu...




Antara Aku, kau dan Bekas Pacarmu_Iwan Fals
tabir gelap yang dulu hinggap
lambat laun mulai terungkap
labil tawamu
tak pasti tangismu
jelas membuat aku sangat ingin mencari
apa yang tersembunyidi balik manis senyummu
apa yang tersembunyidi balik bening dua matamu
dapat ku temui
mengapa engkau tak pasti
lalu aku coba untuk mengerti
saat engkau tiba disimpang jalan
lalu kau bimbang untuk tentukan arah tujuan
jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki
jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki                                                 ***********








Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI