Skip to main content

error,"MARAH!"

Pernah tau gue marah tuh kayak gimana? Marahnya gue kadang bisa kelihatan jelas dari muka gue yang grrrh..., ato bisa jadi dari kalimat gue yang @$#$^&^&!!, tapi seringkali juga marahnya gue tidak kelihatan. Sering marah yang gue punya dibalut senyum, dan penuh bahasa sopan yang ramah. Jadi gimana caranya tau gue marah atau tidak marah? Hehe, itu tergantung gimana gue mengeluarkan kemarahan aja sih.


Pernah gue marah ke seseorang yang menurut gue dah keterlaluan banget. Dah ketahuan fitnah, eh malah mengadu domba. Gue beri kesempatan untuk minta maaf sampai 3 kali, tapi malah semakin aneh. Maui tidak mau yaaa... kemarahan yang gue punya yaaa... PLOk!! Haduh, maaf ya..., mungkin itu mengejutkan banget. Tapi gue dah menyabarkan diri berhari-hari, dan itu karena pelakunya seorang laki-laki yang menurut gue seharusnya lebih bisa bersikap ksatria, bukan cuma jadi seorang pengecut yang cuma bisa memfitnah dan sebagainya itu. Tapi hal seperti ini tidak pernah gue lakukan ke gender perempuan loh ya... Judulnya, Tidak tega ah... Gue memang bukan perempuan feminin, biarpun juga bukan tomboy. Gue seorang Nitaninit yang error, itu aja.


Seringkali gue marah tapi tersenyum. Tidak terlihat kemarahan sedikitpun. Padahal... GRRRH...!! Tanduk dan taring keluar bercabang, lalu asap mulai keluar dari mulut, hidung, dan telinga. Mengepul. Ingat kan film kartun kalau marah?? Yup, persis itu. Haha..! Tapi orang ga melihat gue sedang marah. Cuma ramah yang tegas.


Marah itu ada kalanya bagus kok. Ada beberapa orang yang memang perlu penegasan kalau mereka memang patut dimarahi. Karena sewaktu diberi pengertian bahwa mereka salah tuh mereka cuma 'cengangas cengenges', atau ga ya ga perduli. Bolehlah sesekali marah dengan benar. Dalam arti menegaskan bahwa saya marah karena kamu ucapan atau perbuatan atau karena sikap kamu yang begini atau begitu.


Anger management itu dibutuhkan. Supaya sewaqktu kita mengeluarkan amarah itu ga menyimapang dari jalur. Weleh, kayak di jalan raya aja yah pake jalur! Hehe, memanage kemarahan itu perlu. Marah yang pada tempatnya, marah yang sewajarnya, marah yang indah. Wueh, marah kok indah! Marah pada tempatnya ya berarti ga marah sembarangan. Jangan asal ngemarahin orang di sembarang tempat. Contoh, marah-marah ke anak di depan orang banyak tanpa kejelasan bahwa dia salah atau dia benar. Marah yang sewajarnya, ya marah yang ga berlebihan. Ga langsung keluar bahasa-bahasa kebon binatang. And marah yang indah. Marah yang indah misalkan gini... Anak dilarang ngebut, ternyata ngebut juga dan jatuh dari motor. Marah indahnya gimana? "Anak mama pinter bangeeet, bisa ngebut dan jatuh. Mama aja ga bisa kayak kamu, ngebut dan jatuh. Karena mama jauh lebih berhati-hati dibanding kamu... Besok masih mau ngebut dan jatuh?"






 

Tinggal pilih mau marah yang gimana? Gue pilih senyum aja deh... Tapi hey, jangan coba-coba ma gue, kalo gue marah, gue pastiiiiii....



Salam Senyum
error








Comments

  1. Istilah baru untuk marah, yaitu ramah yang tegas. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe,iyah mbak,ramah yg tegas.itu cara marah yg biasa aku pake.hehe :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI