Skip to main content

error,"Sahabatku Ya kamu itu"

Sahabat, sebuah kata yang amat sering dijumpai. Mudah sekali menjumpai kata sahabat. Tapi sahabat itu apa sih? Apa iya sahabat itu semudah yang diucap? Apa iya sahabat itu semudah yang ditulis? Apa iya sahabat itu seringan diucap, dan seringan dalam cerita?


Gue punya sahabat-sahabat. Ada berbagai jenis sahabat yang gue punya. Haha, sahabat kok digolong-golongkan ya? Tapi inilah kenyataannya, sahabat dalam hidup gue ada beberapa jenis. Dan gue bahagia aja memiliki banyak sahabat dengan banyak tipe.



Ada sahabat yang datang dan pergi, sahabat yang datang hanya saat mereka sedang dalam kesulitan, dan menghilang saat masa sulitnya hilang, dan kembali datang saat kondisinya sulit lagi. Gue tetap menyebutnya sahabat, karena mereka ini memberi masukan bagus untuk ga meniru 'persahabatan' yang mereka jalani. Dan gue tetap dengan tangan terbuka menerima mereka dengan baik. Mereka memberi warna juga dalam hidup gue. Sahabat jenis ini banyak gue miliki. Mereka datang dengan kening berkerut, airmata yang membasahi pipinya, resah, gundah, duka menjadi topiknya. Biasanya gue berusaha bersama sahabat ini mencari solusi indah untuk permasalahannya, atau memberikan solusi yang dia butuhkan. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, menghilanglah sahabat gue ini. Sebelum pergi, ga lupa diucap,"Lo emang sahabat gue yang terbaik". Dan gue cuma tersenyum. Ada perasaan lega saat bisa mencari dan memberi solusi untuk sahabat ini. Lalu waktu dan ruang gue jadi lebih banyak karena sahabat ini hilang begitu aja dari peredaran gue, biarpun gue tahu dia berkeliling genjrang-genjreng haha hihi bersama sahabatnya yang lain. Gue cuma berkata dalam hati,"Nanti kalau susah juga datang ke gue". Dan memang benar sih, dia datang lagi dengan membawa kesulitannya.


Sahabat lokasi. Ada cinta lokasi, ada juga sahabat lokasi. Sahabat lokasi ini ada dalam hidup gue karena situasi kondisi yang sama. Ada di satu lokasi yang sama di saat yang sama. Sewaktu gue mendampingi bapak rawat inap di rumah sakit, gue punya beberapa sahabat. Satu rasa, satu penanggungan, karena sama-sama menjadi pendamping rawat inap untuk keluarga yang sakit. Sama-sama ke apotek untuk menebus obat, sama-sama pergi ke kantin untuk makan, sama-sama marah saat ada hal yang ga menyenangkan terjadi pada salah satu diantara kami. Setelah selesai acara mendampingi, selesai juga sahabat ini ada dalam hidup. Tapi tetap ada sahabat yang sampai saat ini saling kontak sama gue.


Sahabat bahagia. Sahabat ini datang saat gue berbahagia. Dan menghilang lenyap, buzz saat gue sedih atau saat mereka pikir gue sedang ada dalam masalah. Dan kembali saat menurut mereka gue sedang dalam keadaan bahagia lagi. Hebat juga sahabat yang ini, dia bisa memprediksi gue bahagia atau ga :D


Sahabat sejati. Sahabat sejati, gue juga ga tau sebenarnya sahabat sejati itu seperti apa. Yang gue tau, yang gue percaya, sahabat adalah sahabat seseorang yang menggenggam tangan kita erat saat sedang bahagia, dan makin menggenggam tangan kita erat saat kita berduka, dan malah memeluk takkan melepas. Dengan sahabat bisa curcol asik, bisa mendapat dan memberi saran tanpa tersinggung dan merasa disinggung, bisa memberi dan mendapat kritik yang kadang 'nyelekit', yang biasanya orang lain ga akan pernah berani bicara masalah tersebut ke kita. Dan ini berlangsung tanpa henti, walau jarak memisahkan. Sahabat ga harus bertemu setiap saat, ga juga setiap hari kontak-mengontak, tapi sahabat selalu muncul di saat yang tepat, muncul bersama dengan hatinya.


Semoga gue bisa menjadi sahabat yang baik untuk semua orang, teruatama untuk Ngka, Esa, dan Pink,amin...


#Persembahan untuk Nova, Lia. Dua sahabat yang selalu ada untuk gue, di saat bahagia juga saat airmata mulai mengembang di mata...




Salam Senyum,

error



Comments

  1. Replies
    1. eh mbaaak... akhirnyaaa...
      met ngeblog bareng...
      :D

      Delete
    2. Saya juga mau absen hehe. uda lama nga kesini

      Delete
    3. Eh ada mas Budi Nusa. Apa kabar? Makasih dah mampir...
      :)

      Delete
  2. itu sahabatnya yang nakring dibawah ya ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wedeh..., ga ada yang nangkring tuh... sahabatku adanya di hati
      :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI