Skip to main content

error,"Maaf Mas, Aku Mencintaimu..."#Episode 8

Tahukah kamu saat ini aku sedang menangis karena merasa cinta ini membuatku amat tersiksa disamping amat membahagiakanku. Aku berusaha membuang, menghapus, melemparkannya jauh ke dalam pusaran air samudera, dan menguburnya di dalam dasar bumi terbawah! Tapi rasa cinta ini tetap tak bisa lepas dari hidupku. Cintaku padamu begitu merasuk dan bercampur di aliran darahku, bersatu di detak jantungku, mengisi seluruh ruang jiwa. Apakah kamu tahu itu? Ah, Mas...! Aku mencintaimu dan karenanya aku membutuhkanmu berada di sini. Hanya Mas yang mampu menenangkanku selain 3 nyawa kecilku, Ngka, Esa dan Pink. Mas mampu mengubahku menjadi perempuan. Aku tersenyum mengingat bagaimana aku dulu menghadapi hidup. Dan baru sekarang saat ada Mas aku bisa berubah.


Aku yang seorang single parent sekaligus single fighter berusaha keras untuk bisa menjadi pelindung dan sahabat terbaik untuk Ngka, Esa dan Pink, dan semua itu aku jalani sendirian. Selain bekerja di satu perusahaan, aku juga mengerjakan hal-hal llain di luar itu. Side job, untuk penunjang hidup kami. Begitu banyak hal kukerjakan hingga serasa tak ada waktu untuk beristirahat. Mulai hari Senin hingga Senin, aku bekerja dan berada di luar sana. Semua untuk Ngka, Esa, dan Pink. Segala jenis pekerjaan aku ambil. Mulai dari penjaga toko di hari Sabtu dan Minggu, guru tari, konveksi, deb kolektor, penasihat bisnis, pengawal seorang ibu pejabat, bahkan sampai menjadi pembalap motor liar sudah aku jalani semua. Dan semua demi Ngka, Esa, Pink. Aku tidak merasa lelah, tidak malu, juga tidak menyesal menjalani itu semua. Di samping itu aku juga menjadi seorang konselor dan therapis anak autis. Untuk 2 profesi terakhir aku jalani bukan untuk uang, tapi aku selalu berniat itu untuk membuka jalan rejeki bagi 3 nyawa kecil terkasih. Dua profesi terakhir aku lakukan gratis.


Menjalani semua itu benar-benar menghabiskan waktu yang ada. Tapi harga yang kuraih untuk semua itu berimbang baik untuk penghidupan Ngka, Esa, Pink. Malam hari aku masih berada di motor, masih dalam perjalanan. Dan semua itu sendiri. Tiga nyawa kecil tidak memprotes, mereka tahu untuk apa aku mengerjakan itu semua, mengapa aku mengerjakan itu semua.


Hingga di satu waktu aku berhenti melakukan itu semua karena harus mengurus bapak ke rumah sakit. Semua side job berhenti. Pekerjaan di perusahaan bolos. Tercurah untuk bapak.


Ada saatnya aku merasa kram otak! Saat seperti itu aku ambil motor dan melakukan back packer sendirian tanpa tujuan, dan kusebut sebagai 'keliling dunia'. Aku hanya mengikuti hati... Aku berpikir lebih baik aku menghilang sejenak dari orang terkasih saat otak dipenuhi segala kekacauan, dan kembali saat tenang dan dengan membawa senyum mengembang. Itu aku lakukan setiap kali. Dan sekarang tak pernah lagi. Apalagi setelah bertemu Mas.


"Memangnya lo suka kemana?"


"Pergi aja tanpa tujuan", ujarku enteng


"Anak lo gue adopsi aja"


"Enak aja! Itu anak gue! Ga ada yang boleh ambil anak gue! Gue tampol lo!", aku meledak penuh emosi


"Terakhir lo keliling dunia kemana?"


"Sukabumi, dan aku jatuh masuk dalam lubang di jalan. Motorku rusak parah, celana, jaket, semua basah, kotor juga sobek. Pahaku lebam-lebam. Tapi aku puas, seluruh resahku tertinggal di lubang jalan itu", jawabku sambil tertawa-tawa mengingat kejadian itu.


"kapan?"


"Bulan lalu"


"Anak lo buat gue aja kalo lo masih keliling dunia"


"Gue hidup untuk anak-anak gue! Orang boleh ambil apapun dari gue, tapi bukan ambil anak-anak gue dari gue! Gue bunuh orang yang ambil anak-anak gue dari gue!", aku semakin emosi


"Sayang, lo pergi, anak lo gue ambil. Pergi aja"


Aku tercekat mendengar kalimat itu. Untuk kalli pertama ada orang yang berani berkata seperti padaku, dan entah kenapa aku merasa ada yang mengguyur jiwaku dengan air es yang amat dingin. Menggigilku dibuatnya, dan kudengar suara lirih dari mulutku menjawab,"Ga, gue ga akan begitu lagi. Gue ga begitu lagi"


Mulai saat itu aku menjadi seorang perempuan yang 'lebih perempuan'. Ada banyak perubahan positif terjadi dalam hidupku. Dan pada Mas aku bisa menjadi seorang perempuan manja! Belum pernah aku bermanja pada siapapun. Termasuk dulu pada almarhum suamiku, tidak pernah aku bermanja. Aku sendiripun kaget pada perubahanku. Mas mengisi ruang hatiku dengan perlindungan kasihnya.


Aku masih menangis di sini, Mas. Merindukanmu, merindukan kehadiranmu. Tapi lagi-lagi kalimat itu terngiang di hatiku..."Aku mencintaimu. Amat mencintaimu. Tapi aku tak bisa menikahimu". kuhapus airmata yang mengallir deras basahi pipiku.


Sebuah rasa tidaklah salah, rasa mencintai itu adalah anugerah. Tapi ini adalah anugerah indah yang sungguh amat sulit untuk disikapi. Rasa cinta untukmu, Mas. "Maaf Mas, aku mencintaimu...", desahku dalam hati, lalu bangkit dari dudukku dan menuju belakang. Azan Subuh sudah memanggil... 

















Comments

  1. "Mas mampu mengubahku menjadi perempuan" sebelum dirubah menjadi perempuan, sebelumnya jadi apa terus?..just kidding #4kopisusu.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha, jadi perempuan yang kurang perempuan. hehe :D

      Delete
  2. ketika resah gelisah mengingat suami tercinta, akupun suka jalan-jalan sendiri, tapi rasanya senang banget dehh! biarin orang ngomong apa yng penting aku happy, mereka ga tau yang kita rasakan ya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, mbaK. Biar aja orang mau ngomong apa. Senyum aja ndengerinnya...

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena SIM yang lama itu SI