Skip to main content

error bercerita,"Cinta yang diucap terlambat"


Aku melihatmu datang dibalut kemeja warna hitam. Ya, hitam, warna kesukaanku. Aku tersenyum melihatmu. Tapi kulihat rona mukamu yang amat muram. Ah cinta, mengapa kamu tak bercerita padaku tentang masalah yang mengganggumu.

"Aku datang", ucapmu perlahan sambil menunduk

Ya, aku tau kamu datang. Dan aku sangat bahagia melihatmu! Rindu ini memaksaku untuk memelukmu, tapi rasa malu menahanku untuk tetap diam tak bergeming, hanya tersenyum memandangmu yang terlihat amat berbeda dengan kemeja hitam. Warna yang paling tak kamu suka, tapi itu adalah warna kesukaanku. Hitam selalu memberi rasa nyaman dan teduh untukku, sedangkan menurutmu warna hitam adalah warna kesedihan yang mendalam. Hmm, cinta, apakah kamu sedang bersedih? Dirundung kesedihan yang mendalamkah? Ah cinta, tapi aku berbahagia melihatmu datang seperti hari kemarin, dan tetap dengan warna hitam. Oops, atau sekarang kamu juga menjadi pecinta warna hitam seperti aku?? Haha, berarti kita sama, cinta. Sama menjadi pecinta hitam.

"Aku rindu padamu"

Rindu?? Waaah..!! Senyum ini menghias bibirku. Tidakkah kamu melihatnya? Ah cinta, aku juga merindukanmu. Amat merindukanmu. Setiap saat rindu ini makin membesar terhadapmu.

"Aku mencintaimu"

Aaaah rasanya tubuhku melayang di udara mendengar ucapanmu. Yeaaa, cinta! Aku pun mencintaimu. Ya, ya, ya, aku mencintaimu! Hmm, tapi aku lagi-lagi hanya tersenyum dan tak menjawab apapun. Lalu kulihat airmatamu turun mengalir, dan kamu tak menghapusnya. Cintaaaa, mengapa kamu menangis?

"Aku rindu, aku amat rindu padamu. Aku ingin memelukmu"

Wew, mataku seakan memancarkan sinar terang, dan seakan ada jantung yang berdegup keras-keras. Bahagia rasanya! Ingin melompat-lompat mendengar ucapanmu. Tapi aku menahan diri. Aku diam saja, sambil tersenyum memandangmu.

"Ini untukmu", ujarmu sambil mengulurkan bunga yang sejak tadi ada di tanganmu.

Aaaah.., romantiiis sekaliii..!! Mawar hitam. Ah cinta, pasti sulit mencari bunga itu! Itu bunga kesukaanku. Mawar hitam. Yeeeaa..., aku amat bahagia! Terimakasih cinta... Bahagianya aku..! Aku memandang bunga mawar hitam yang kamu berikan. Hmm, harumnya benar-benar kusuka...

"Seharusnya aku mengucapkan rindu padamu sejak dulu, mengucap cinta padamu sejak dulu. Menyesal tak menyatakan itu padamu sejak dulu... Maafkan aku"

Aku mengangguk-angguk mendengar ucapanmu. Ya, ya, tanpa kamu memberitahuku bahwa kamu mencintaiku sejak dulu, aku sudah mengetahuinya. Hmm, kamu lupa, aku wanita yang punya intuisi kuat. Duh cinta, airmatamu mengalir deras, dan kamu tak perdulikan itu. Tak ada rasa malu menangis di depanku. Padahal yang kutau kamu seorang yang amat mengagungkan gender! Pantang menangis, karena kamu laki-laki. Sedangkan saat ini? Amat berbeda dari biasanya.

"Aku rindu senyummu", ujarmu terisak

Aku tersenyum semanis mungkin. Rasanya ingin bercermin saat ini juga! Yippiii...!

"Aku rindu tawamu"

Hay hay hay...!! Yihaaa!! Dalam hati aku rasanya ingin berjingkrak-jingkrak mendengar itu! Tapi aku hanya bisa tersenyum lebar. Aku kuatir kamu akan berlari ketakutan mendengar tawaku yang membelah bumi. Ufh, aku tak pernah bisa tertawa perlahan dan lembut.

"Aku juga rindu gayamu berbicara"

Wew..., ga kuaaat mendengar ini semua. Ah cinta, kamu serius? Gayaku bicara? Hmm, gaya seenak sendiri seperti ini? Wah, ini surprise untukku!

Lalu kamu beranjak dari tempatmu, masih saja menunduk. Dan mulai menghapus airmatamu yang basahi pipi. Lalu dengan jari-jarimu menyisir rambutmu yang sebenarnya rapi malah menjadi kacau. Tapi tetap saja di mataku kamu adalah orang yang enak dipandang.

"Aku pulang. Besok aku datang lagi. Oh ya, aku membeli banyak baju warna hitam. Besok pun akan kukenakan saat aku ke sini. Bunga mawar hitam itu, aku sudah memesannya di florist langgananku untuk menyediakan untukku setiap hari. Semua itu untukmu. Aku mencintaimu"

Ya cinta, rasanya saat ini aku ingin menjawab semua ucapanmu, dan kita bisa berbincang seperti biasa. Ingin memelukmu juga! Tapi saat ini tak mungkin. Rasanya ingin bersamamu, cinta. Tapi tak bisa. Tadi aku mencoba memelukmu, tapi ternyata memang tak memungkinkan lagi... Tubuhmu tak bisa kupeluk, karena ragaku ada di bawah tanah merah yang kamu beri bunga mawar hitam tadi... Lalu kulihat kamu mengecup nisanku yang masih baru kemarin dipasang. Dan kulambaikan tanganku saat kamu melangkah menjauh...



*******








Comments

  1. wah... ini yg bercerita udah beda alam yah... :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...