Skip to main content

error bercerita,"Sebuah perjalanan" # episode 15

"Mamaaa, Papa ga pulang", kata Zi padaku

"Pulang, sayang"

"Ga pulaaaang", sahut Zi lagi

"Pulang, cintaaaaa", kataku

"Mamaaaa, maapin Zi. Tadi Zi buka sms dari Papa, katanya Bogor, gitu Ma. Berarti Papa ga pulang kan??"

Aku tersenyum mendengar perkataan Zi. Entahlah tersenyum lega karena Hans tidak pulang atau tersenyum karena melihat Zi dengan gayanya yang polos bercerita padaku. Ah Hans, maafkan kami. Tanpamu selalu memberi sebuah kelegaan bagi kami, walaupun juga tetap ada rasa sedih tanpa kehadiranmu.

"Hans ga pulang?", tanya Pap

"Ga, Pap"

"Sibuk sekali dia", ujar Pap

"Ga setiap kali Hans sibuk, Pap", sahutku sambil melangkah ke belakang rumah. Mesin cuci belum juga selesai kuservis. Tapi ternyata Pap mengikutiku dari belakang.

"Mesin cuci?"

"Ya"

"Servis sendiri?"

"Ya"

"Hans?"

Aku terkekeh. Mana pernah Hans turun tangan urusan rumah? Semua ada d tanganku, di bawah kendaliku. Hmm, kendali? Haha... tepatnya akulah penguasa pembenahan rumah. Semua yang rusak, aku yang membenahi. Hans? Tak pernah ada Hans di sini... Saat rusak dan aku memperbaiki, Hans sibuk sendiri dengan games dan karaoke di ruang tengah.

"Hei, Pap bicara padamu", ujar Pap

"Hans kan di luar kota, Pap"

"Bogor! Seberapa jauh dari sini ke Bogor, honey?", Pap bicara lagi padaku

Ya, memang tak seberapa jauh. Tapi Hans memutuskan untuk tetap di Bogor, dan pulang ke rumah di saat dia ingin pulang saja.

"Dear, kamu sakit?", Pap menyentuh bahuku

Aku menggeleng, tapi tetap tak bersuara

"Ya sudahlah. Mesin cuci kenapa?", tanya Pap

"Biasa Pap, rusak"

"Panggil tukang reparasi kenapa sih? Ga punya uang? Hans ga kasih uang?"

Aku tersenyum

"Deeee, Giiiii, Ziiii, sini hayooo", seru Pap

Tiga bocah berlari ke Eyang kakungnya, ke Pap.

"Yaaaa Eyaaaaaang"

"Ikut Eyang"

"Horeeee!!"

Hans, seandainya teriakan itu adalah antara kamu dan De, Gi, juga Zi...

Pap dan De, Gi, Zi, berjalan ke luar. Aku menuju mesin cuci.

"Mesin cucinya ga sah kamu otak-atik. Biarin aja", kata Pap

Lalu Pap mendekatiku, menggandengku ke depan.

"Temani Mam aja gih"

Aku tertawa. Ya, aku baru menyadari ternyata aku belum banyak berbincang dengan Mam dan Pap. Ah Hans, aku kuatir sifat dan sikapmu menular padaku.

"Daaah Mamaaaa...!", teriakan Zi

Hmmm, mereka senang sekali. Hingga lupa mencium tanganku seperti biasanya. Ah cintaku, Mama berbahagia melihat kalian amat bahagia.

"Sayang, kamu belum makan", suara Mam memecah lamuananku

"Nanti, Mam'

"Jangan telat makan. Nanti sakit"

"Ya, Mam"

Dan aku diam lagi. Entah ada apa dengan otakku, tak ada bahan pembicaraan yang hendak kubicarakan dengan Mam! Hans menguasai pikiranku dengan ketidakperduliannya...

"Mam"

"Ya, sayang"

"Mau mandi dulu ya Mam"

"Ya sana sayang. Sehabis itu makan ya. Cape sekali kamu kelihatannya"

Aku tersenyum. Mam, tahukah Mam, di hati ini begitu banyak airmata tapi tak pernah bisa mengalir... Menggenang, dan menenggelamkanku...

"Mamaaaaaaaaaa", suara Zi memanggilku

Aku tergesa-gesa keluar dari kamar mandi.

"Mamaaaa, ayo lihaaat...", Zi menggandengku

De, dan Gi tersenyum-senyum lalu ikut menggandengku, menuju belakang rumah.

"Tralalalaaa...!! Sihir Zi merubah mesin cuci dinosaurus menjadi mesin cuci abad ini...!!", seru Zi sambil menarik kain penutup yang oops, ternyata mesin cuci baru! Pap membelikan kami mesin cuci baru... Hans, apa yang harus kukatakan padamu saat kamu pulang nanti? Terbayang kemarahanmu saat nanti kamu pulang dan melihat mesin cuci baru yang bukan darimu... Dan bertebaranlah bintang di mataku, hitam, dan aku tak ingat apa-apa... Hanya suara Zi yang berteriak,"Mamaaaaaaaaaaaa..., jangan matiiiiii...", yang terakhir terdengar dan entahlah selanjutnya...

**********************






















Comments

  1. :p H̶îH̶îH̶îH̶îH̶î :p

    Ending'a Lucuuuuuuuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hwehehee :D ngegubrak yak endingnyaaaa... Hahaha! :D

      Delete
  2. Salam Takzim
    Cerita begitu haru, namun dibalik keharuan ada wajah wajah penghibur dabawah tulisan ini, wajah wajah yang selalu merindukan
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. 3 anak itu pembasuh letih hati, kang

      Salam senyum

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...