Skip to main content

error bercerita,"Sebuah perjalanan" #episode 9

"Mamaaa...", Zi berlari mendekatiku
"Yaaa, cintanya mama, kenapa?", aku lalu berjongkok supaya bisa melihat Zi dengan jelas

"Zi mau nyanyi. De dan Gi sedang tidur"

"Ya ayo nyanyi"

"Tapi kasih uang"

"Memangnya kenapa? Nyanyi kok minta uang?"

"Zi mau mengumpulkan uang"

"Hmm?"

"Ngamen, Mamaaa... Ngameeen... Ceritanya Zi mau ngamen. Tapi ngamennya ke Mama aja"

"Uang untuk apa?"

"Mau nabung"

"Terus, uangnya untuk apa kalau udah banyak??"

"Zi mau kasih ke Mamaaaa..."

Aku termangu mendengar ucapan Zi.

"Zi sayang Mamaaaa... Zi mau cari uang yang banyaaak... Zi mau kasih Mama uang yang banyaaaak..."

"Wah , Zi baik sekali sama Mama", ujarku memeluk Zi

"Zi sayang Mama... Zi mau Mama punya uang, jadi kita bisa pergi-pergi"

"Hmm, iya"

"Bisa jalan-jalan, Ma"

"Ya, sayang"

"Beli rumah untuk Mama"

"Loh kan ini ada rumah. Untuk apa Zi beli rumah lagi untuk Mama?"

"Mama ini gimana sih", ujar Zi sambil melepas pelukan, dan melanjutkan bicara dengan melihat pada mataku dan terllihat bersungguh-sungguh,"Ini kan rumah Papa. Zi mau beli rumah yang ga ada Papa nya"

Aku terkejut mendengar kata-kata Zi yang mengalir lancar... "Zi mau beli rumah yang ga ada Papa nya"

"Mama bisa nyanyi sama Zi di rumah, nyanyi sama De dan Gi juga. Papa ga di situ, Papa di sini aja"

Aku merasa sesak mendengar ucapan Zi

"Mama boleh masak apa aja. Zi suka masakan Mama. Jadi Papa ga bisa lempar masakan Mama ke tempat sampah lagi"

"Zi nyanyi ya Maaaa... Mama kasih Zi uang ya, Zi mau beli rumah untuk Mama. Zi nyanyi yaaa"

Aku tersenyum dan mengangguk mengiyakan

"Pagi Mama, Zi mau nyanyi dulu"

Lalu bernyanyilah Zi dengan suara beningnya. Airmata kutahan agar tetap dibendung. Satu lagu, 2 lagu, 3 lagu, 4 lagu, 5 lagu, hingga 10 lagu... dan berhenti.

"Sudah Ma. Mama cukup bayar 1 lagu aja. Yang 9 lagu itu gratis. Mama punya uang ga untuk bayar 1 lagu? Ga ada ya? Ya udah, boleh bayar besok kalau Papa pulang"

Aku makin tercekat. GUSTI, anugerahMU ini membanggakan sekali...

"Ma, Zi mau sekolah polisi. Mau nangkep orang jahat-jahat. Biar ga ada lagi orang jahat. Tapi Maaa, Maaa, Papa jahat... Tapi Zi ga mau tangkap Papa. Zi sayang Papa... Zi sayang sama Papa. Biarpun Papa Jahat, Zi sayang Papa. Zi ga mau Papa ditangkap polisi...", ucap Zi lirih lalu memelukku erat-erat, dan akhirnya mulai terisak...

Aku memeluk Zi erat, mengelus rambutnya yang panjang melewati bahu...

"Zi anak baik. Papa sayang Zi, cuma Papa sering kerja sampai terlalu lelah. Cintai Papa, karena Papa juga mencintai Zi. Zi kangen Papa ya?"

"Iya, Ma... Zi mau Papa di sini, tapi Zi takut kalau ada Papa. Zi pengen meluk Papa, tapi Zi takut..."

Haaaaans...! Dengarlah ucapan Zi, Hans... Haaaaans..., tidakkah kamu tau ini semua? Aku makin erat memeluk. Lallu kugendong Zi, dan aku berputar-putar... Hingga Zi berteriak kegirangan...

"Mamaaaa, putar lagiiii... Mamaaaa, Zi sayang Mamaaaaaaaaa...!! Hahahaha..!"

                             ***********************







Comments

  1. Salam Takzim
    Zi sini kamu
    Papa lirih Zi
    Kamu bilang sayang papa
    Iya merunduk Zi
    Ini 50 ribu, papa G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ ada uang Ļªği
    Hore hore hore zi dikasih uang
    Hore hore hore mama punya uang
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... si Papa baiiiik... Pasti Zi tambah sayang ke Papanya... Hahahaha...

      :D

      Salam senyum, akang,
      :D

      Delete
  2. Replies
    1. Yup, makasiiiih... dukungannya :D
      SIAAAP... laksanakan, ndan!
      :D

      Delete
  3. Wah wah..mantap juga nih..makasih tadi for kritik sarannya. He

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe, siip deeh.. kalo dah direparasi kasi tau yaaa :D

      Delete
  4. walaupun galak harus tetap di sayang ya Zi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya, walaupun galak harus tetap disayang...
      mbak di bekasi ya?

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...