Skip to main content

error bercerita,"Sebuah perjalanan" #episode 11

Gas habis, uang habis, makanan habis. Tapi kamu tak pernah tahu, Hans... Cinta ini tak pernah ada habisnya...


"Ma, mama lapar ga?", tanya De

"Ga, sayang"

"Mama belum makan"

"Hei lihat nih...", aku berdiri dan berpose lagak binaragawan. De tertawa terbahak-bahak.

De memandangku serius, dan bertanya padaku,"Mama bener ga lapar"

Aku tertawa, dan berkata,"Mama ga lapar, Mama punya banyak persediaan makanan di badan, sayang"

De melihatku dengan seksama, dan berkiata,"Ya, Mama memang besar sekali..."

Aku tertawa terbahak-bahak, dan De mengernyitkan keningnya seraya berkata,"Mamaaaa, Mama memang besaaaar..! De seriuuus..!!"

Ganti aku mengernyitkan kening, lalu De tertawa terbahak-bahak,"Mamaaaa.., bener loh Mama memang besar sekaliii... Tapi De sayaaaang sama Mama...", lalu memelukku erat.

Hans, kamu merugi...Kamu tak pernah tahu cinta sejati... Inilah cinta sejati, Hans... Ini yang namanya cinta sejati. Bisa tertawa bersama saat lapar... Haha... Aku tertawa dalam hati. Entah sedang apa Hans di sana.

"Mamaaaaa...! Mamaaaa...!!", Gi berlari-lari sambil mengacungkan hp kepadaku.

"Ya sayaaang"

"Eyaaaang...!Eyaaang...!"

"Ya, Mam", kataku menerima dan menjawab telefon yang masuk

"Sehat?"

"Sehat, Mam. Mam sehat? Pap?"

"Sehat. Besok Mam dan Pap ke tempatmu. Udah ya sayang... Salam untuk De, Gi, dan Zi, juga Hans. Mereka sehat semua?"

"Sehat Mam, sehat semua. Ya, nanti aku sampaikan"

De, Gi, dan Zi, memandangku.

Aku tersenyum dan mengerjap-ngerjapkan mataku. De, Gi, dan Zi, tertawa melihatku.

"Mamaaaa, Eyang mau ke sini ya?", tanya Zi

"Mama, apa iya?", tanya De

"Mama, ke sini Ma?", tanya Gi

Aku masih tersenyum dan mengerjapkan mataku berulang-ulang...

"Anda cacingan?", suara De dibesarkan seperti layaknya iklan di tv.

Aku tertawa terbahak-bahak, disusul oleh tawa De, Gi, dan Zi.

"Ya, Eyang mau datang ke sini besok"

"HORRREEE...!!", sambut De, Gi, dan Zi sambil bertepuk tangan

Hans, terbayangkah olehmu bagaimana gembiranya De, Gi, dan Zi, gembira berteriak hore hore, dan berteriak hore hore saat tahu kamu tidak pulang... Terbayangkah olehmu Hans??

Aku tersentak kaget, hp berbunyi lagi. Sms masuk. Hans! Hans mengirim sms. Oh, Hans pulang besok...

"Ma, siapa sms?", tanya De

Aku diam. Aku tak tahu harus menjawab dengan rasa bahagia ataukah sedih...

"Papa pulang", bisik Zi

"Oh, Papa yang sms. Zi, Papa pulang", Gi ikutan berbisik...

Aku hanya tahu saat ini aku ingin berteriak keras-keras...,"JANGAN GANGGU KEGEMBIRAAN ANAK-ANAKKU...".

"Mamaaaaa, mama ga boleh nangis", ujar Zi sambil memelukku

"Ma, senyum, Ma, senyuuum", ujar De

"Mama, nyanyi aja Ma, nyanyi", ujar Gi

Dan aku masih merasa sebagian dari kesadaranku lepas dari tubuhku..., dan kembali menyadari keadaan yang nyata saat kudengar suara,"If you're happy and you know it, claps your hands...". De, Gi, dan Zi, bernyanyi untukku...

Hans, seandainya saja kamu tahu, inilah cinta sejati... De, Gi, dan Zi...

                                                   **************************





Comments

  1. ceritanya selalu membuatku 'ngrentek' ..

    ada yang ketuker satu huruf, say di TERTAWA: Aku etrtawa terbahak-bahak,udah ah itu aja :'(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi... iyah benerrr... makasih koreksinya... ;)

      Delete
  2. Salam Takzim
    Perhitungan saya tepat pasti nasi bu Indira G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ cukup untuk mengisi 4 perut selama 2 Hari, inilah cobaan tertinggi untuk ibu peri dan Ge, De, Zi. Sungguh berlinang air mata ini membacanya
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
  3. semoga kebahagiaan anak-anak tidak hilang saat ayahnya pulang

    ReplyDelete
  4. Terus semangat Mbk.

    Buat buah hatimu selau bahagia....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...