Skip to main content

error,"Maaf Mas, Aku Mencintaimu..."#Episode 16

Tetap tak ada jawaban..! Ah, sebegitu sibukkah kamu Mas, hingga tak sempat membalas semua pesan yang kukirim. Hari telah berganti, tapi pesan tetap diam tak berganti... Hanya jadi kalimat kosong mungkin dalam harimu...
Teringat ucapanmu waktu itu,"Lo orang yang ada di hati gue!"

Ternyata menjadi orang yang disimpan dalam hati itu memang hanya akan dalam hati, bukan untuk dalam hidup nyata... Lebaran tahun ini membuatku menangis karena kehilangan hati yang sedianya untukku...

Lebaran ini meluruhkan seluruh air mata dari mata air yang bermuara di hati... Menyadarkanku bahwa aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupmu, dan juga tidak dalam hatimu... Ah, tapi ini bukan sepenggal kebodohan. Cinta bukanlah hal yang bodoh, tapi cinta adalah sejumlah ketulusan. Dan aku berbahagia bisa mencintaimu tulus. 

Mengingatmu dengan baik, dan mengikhlaskan menghilangnya dirimu dari hariku memang sulit, tapi ini adalah cinta. Cinta juga merupakan kumpulan rasa ikhlas.

Maafkan aku, Mas.., ternyata cinta memang harus dikunci rapat dalam hari di hidupku... Mencintaimu adalah hal yang membahagiakan, dan menyimpannya dalam ruang hampa tanpa udara adalah pilihan sempurna, sejak kamu menghapus seluruh jejak tentangku dalam hidupmu...

Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mas... Maafkan aku yang mencintaimu...
                                               
 **************

Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...