Skip to main content

error bercerita,"Surat untuk Ho"

Ho apakah kamu tau? Aku dianugerahi banyak kangen oleh GUSTI. Berjejalan dan bertumpuk. Hingga bingung aku dibuatnya. Mereka berlari dan berkejar-kejaran. Mereka berebut ingin berteriak. Aku menahan mereka supaya tidak ribut. Aku berusaha menahan mereka agar tak terjadi kegaduhan. kangen ini cuma milikku sendiri. kamu ga memilikinya. karena itu kuberikan kangenku untukmu, agar kamupun memiliki kangen seperti yang kumiliki dalam hati, dan itu terserah padamu hendak kamu berikan pada siapa, walau dalam hati kuberucap, semoga kangen itu kamu berikan padaku, jadi kita bisa saling menukar kangen yang kita punya. Lalu sebuah kangen berlari menuju hatimu. Semoga diterima dengan baik olehmu. Tapi tak ada jawaban darimu, dan aku berdoa dalam hati,"GUSTI, mau nanya nih..., ga apa-apa kan kalo aku memberi kangen yang GUSTI bingkiskan untukku padanya? Kasian loh GUSTI, dia ga punya kangen seperti yang aku punya. Jadi aku beri kangenku untuknya... Ga apa-apa kan?". Dan tanya ini belum dijawab juga oleh GUSTI, Ho... Atau aku yang tak peka?

Ho, aku pendiam yang cerewet. Aku diam di hadapanmu tentang kangenku, tapi aku cerewet tentangmu lewat jariku. Aku si cerewet yang pendiam. Aku banyak bicara lewat jari, tapi diam seribu bahasa di hadapanmu menyangkut kangen.

Ho, ini aku. Aku Er. Orang yang kamu kenal, dan mungkin saja ada bagian diriku yang kamu tidak kenal. Ini aku, Er. Er yang dulu dan Er yang sekarang. Er yang sama, Er yang selalu sibuk bertanya tentangmu, dan Er yang selalu kuatir tentang sehatmu.

Ho, ingatkah kamu tentang nostalgia pertemuan kita? Aneh dan lucu! Masih ingatkah Ho? Lalu kita melanjutkan nostalgia itu menjadi cerita baru tentang kita hingga saat ini. Aku masih ingat semua, Ho. Tapi lalu kamu sibuk dengan segala aktivitasmu. Aku merasa terlupakan, bahkan merasa tersingkirkan. Hingga kumenangis dan terisak-isak, Ho. Dan baru berhenti saat menemukan kalimatmu yang terselip di antara tumpukan cerita yang ada dihadapanku, ya, seuntai penyejuk dari Ho, darimu.

Ho, apakah kamu tau, bahwa Aku ga pengen kok gambar diriku digelar di mana-mana kayak calon pemimpin yg minta dipilih jadi pemimpin... Aku cuma mau gambar diriku dan utuh tentangku ada di keseharianmu, bukan jadi pemimpin, tapi jadi pendampingmu.

Ho, selamat pagi... Ternyata hingga pagi ini aku tetap merindukanmu...


                                      ***************


Comments

  1. Salam Takzim
    Untuk aku Sro bukan Ho Kamu pendiam yang cerewet seperti status temanku di BB menangis yang selalu disealent
    Menangis yang membuat getaran
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe akang...
      gitu yah... ada banyak memang orang pendiam yang cerewet, dan orang cerewet yang pendiam :D
      menangis karena ga tahan dengan getaran kuat yg silent dalam hati ;)

      salam senyum ;)

      Delete
  2. Rindu yg mendalam.... hmm... ikut merasakan mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih atas penghayatannya mbgak Santi...
      Iya ini kerianduan Er pada Ho. Dua tokoh yang pernah muncul di cerita sebelumnya ;)

      Delete
  3. Mau kenalan sama modelnya blogcamp ah :) salam kenal ya mbak sama-sama bekasi nih. Bekasinya mana ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. HIHIHII... :D
      salam senyum mbak Lidya ;)
      aku di Harapan Indah, mbak :)

      Delete
  4. Wah model baru blogcamp semakin sumringah saja hari ini, selamat pagi mbak nit, semoga tetep semangat menjalani rutinitas :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, mas Imam bisa aja :D
      Pagiii mas, iya makasih doa n dukungannya ya mas ya :D
      semoga mas juga tetap semangat ya menjalani rutinitas n bahagia selalu, amin

      ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...