Skip to main content

error bercerita,"Sebuah perjalanan" # episode 4

"Mama, periksa PR De, Ma", ujar De

"Mamaaa, periksa PR Gi duluuuu, Ma", kata Gi

"Mamaaaa, Zi ga mau ngerjain PR. Nanti Mama sibuk periksa PR terus. Kapan kita keliling-keliling naik motor?", ujar Zi sambil memandangku dengan mata redup.

Aku yang sedianya akan memeriksa PR De dan Gi jadi tersenyum lalu tertawa geli. De dan Gi tertawa terbahak-bahak.

"Zi, cepat selesaikan PR, selesai diperiksa oleh Mama, kita berempat naik motor ya Ma ya?", ujar De

"Ayo Zi, cepaaaat...", tambah Gi pada Zi

Zi yang mendengar itu langsung memandangku,"Mama, iya Ma? Begitu ya Ma?". Aku mengangguk dan menepuk pundaknya pelan sambil tersenyum.

Zi terburu-buru mengambil tas sekolahnya dan mengambil buku PR lalu dikerjakan dengan serius. Aku bersyukur pada GUSTI yang menghadirkan 3 nyawa kecil ini dalam hidupku. Mereka teramat manis, dan polos. Aku teringat padanya, laki-laki yang sedang bekerja di sana, yang terkesan tak pernah perduli pada kami, aku dan 3 nyawa kecilku. Ya, laki-laki itu Hans, suamiku, papa dari De, Gi, dan Zi. Airmata mulai merambang hendak turun, tapi langsung kutepis pikiran tentang itu. Biar sajalah dia hidup sesuai dengan inginnya. Tidak berdampingan dengan hidup kami walaupun seharusnya saling menggandeng tangan, saling mendekap, biar sajalah. Toh aku hidup dengan kebahagiaan dari GUSTI. Kebahagiaan yang tak dapat didapat darimana pun. Kebahagiaan dari De, Gi, dan Zi. Mereka mencintaiku tulus, dan aku amat mencintai mereka. Biar saja Hans hidup dalam kehidupannya sendiri. Biar saja dia mensyukuri hidupnya tanpa kami. Biar saja... Ah, tapi itu tetap saja menyakiti rasa yang aku punya...

"Ma, Zi sudah selesai!", teriakan Zi menyadarkanku

"Ah cintanya Mama memang hebat semua! Mana sini bukunya. Mama periksa dulu yaaa", aku tersenyum melihat Zi melonjak-lonjak.

PR De, Gi, dan Zi sudah selesai kuperiksa, dan hasilnya bagus, semua dikerjakan dengan baik, semua jawaban benar semua. Ah GUSTI, ini anugerah tak terbanding...

"Ayo Maa, kita pergi naik motor!!", seru De, Gi, dan Zi, hampir berbarengan.

Aku mengangguk dan bergegas mengganti celana pendekku dengan celana panjang. Lalu...

"Ayok kita kemooon!!", seruku sambil melambaikan tangan pada De, Gi, dan Zi.

Dan disambut dengan tepuk tangan dan teriakan dari mereka,"HORRREEE!!!", lalu menghambur ke arahku yang sedang mengeluarkan motor dari garasi.

Aku tertawa melihat mereka begitu gembira. Hingga kudengar suara De berkata,"Enak ya kalau Papa ga ada... Ya, enak ya?"

GUSTI...

                                                                          ****************

Comments

  1. Salam Takzim
    ZI ngapain ngerjain PR mending tadi G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ usah ngerjain "sambil nyodorin es cream Woddy"
    Selamat bermotor ria awas ada polisi katanya G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ boleh naik motor berempat lho
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haduuh si akang iyeu teh ah... budak leutik malah disuruh ga belajar... # sambil ngambil es krimnyaaa... hahaha!!
      Polisi ga 'nyemprit', lah sempritannya dipake Zi tadi... haha :D

      Delete
  2. perjalanan dengan 'super mom' memang menyenangkan - sesekali pengen coba deh...

    ReplyDelete
  3. huwah... De koq gitu ngomongnya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. di episode sebelumnya diceritakan kalo tokoh Papa di sini seringkali memaki dan ga perduli pada keluarga. Jadi anak-anak cenderung lebih suka tanpa ada papanya di rumah.

      Delete
  4. Saya yakin De, Gi, dan Zi pasti bangga ounya mama kayak mbak R-Ror ini..

    Harus panggil dengan nama apa sih mbak?
    Nita?
    Ninit?
    R-Ror atau siapa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Panggil saja satpam
      Kaboooooooooooorr

      Delete
    2. @kopiah putih, hehe... De, Gi, Zi, pasti mencintai mamanya. Hihi.. ini kan fiksi ;)
      Wah panggil aku boleh nita, ninit, atau error. Sama aja, oke aja... :D Aku nengok kok kalau di jalan dipanggil pake nama itu ;)

      Delete
    3. @akang Batavusku, wedew... satpamnya masih cuti lebaran, kang. Hwehehehe... :D

      Delete
  5. Aku menderita idsorientasi, fiksi atau nonfiksi sih :D
    salam kenaall

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha.. jadi disorientasi ya mbak... ;)
      ini fiksi mbak, tapi berbasic pada kenyataan kehidupan yang ada di masyarakat, KDRT verbal dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya.

      Salam senyum, mbak ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...