"Mama, periksa PR De, Ma", ujar De
"Mamaaa, periksa PR Gi duluuuu, Ma", kata Gi
"Mamaaaa, Zi ga mau ngerjain PR. Nanti Mama sibuk periksa PR terus. Kapan kita keliling-keliling naik motor?", ujar Zi sambil memandangku dengan mata redup.
Aku yang sedianya akan memeriksa PR De dan Gi jadi tersenyum lalu tertawa geli. De dan Gi tertawa terbahak-bahak.
"Zi, cepat selesaikan PR, selesai diperiksa oleh Mama, kita berempat naik motor ya Ma ya?", ujar De
"Ayo Zi, cepaaaat...", tambah Gi pada Zi
Zi yang mendengar itu langsung memandangku,"Mama, iya Ma? Begitu ya Ma?". Aku mengangguk dan menepuk pundaknya pelan sambil tersenyum.
Zi terburu-buru mengambil tas sekolahnya dan mengambil buku PR lalu dikerjakan dengan serius. Aku bersyukur pada GUSTI yang menghadirkan 3 nyawa kecil ini dalam hidupku. Mereka teramat manis, dan polos. Aku teringat padanya, laki-laki yang sedang bekerja di sana, yang terkesan tak pernah perduli pada kami, aku dan 3 nyawa kecilku. Ya, laki-laki itu Hans, suamiku, papa dari De, Gi, dan Zi. Airmata mulai merambang hendak turun, tapi langsung kutepis pikiran tentang itu. Biar sajalah dia hidup sesuai dengan inginnya. Tidak berdampingan dengan hidup kami walaupun seharusnya saling menggandeng tangan, saling mendekap, biar sajalah. Toh aku hidup dengan kebahagiaan dari GUSTI. Kebahagiaan yang tak dapat didapat darimana pun. Kebahagiaan dari De, Gi, dan Zi. Mereka mencintaiku tulus, dan aku amat mencintai mereka. Biar saja Hans hidup dalam kehidupannya sendiri. Biar saja dia mensyukuri hidupnya tanpa kami. Biar saja... Ah, tapi itu tetap saja menyakiti rasa yang aku punya...
"Ma, Zi sudah selesai!", teriakan Zi menyadarkanku
"Ah cintanya Mama memang hebat semua! Mana sini bukunya. Mama periksa dulu yaaa", aku tersenyum melihat Zi melonjak-lonjak.
PR De, Gi, dan Zi sudah selesai kuperiksa, dan hasilnya bagus, semua dikerjakan dengan baik, semua jawaban benar semua. Ah GUSTI, ini anugerah tak terbanding...
"Ayo Maa, kita pergi naik motor!!", seru De, Gi, dan Zi, hampir berbarengan.
Aku mengangguk dan bergegas mengganti celana pendekku dengan celana panjang. Lalu...
"Ayok kita kemooon!!", seruku sambil melambaikan tangan pada De, Gi, dan Zi.
Dan disambut dengan tepuk tangan dan teriakan dari mereka,"HORRREEE!!!", lalu menghambur ke arahku yang sedang mengeluarkan motor dari garasi.
Aku tertawa melihat mereka begitu gembira. Hingga kudengar suara De berkata,"Enak ya kalau Papa ga ada... Ya, enak ya?"
GUSTI...
****************
"Mamaaa, periksa PR Gi duluuuu, Ma", kata Gi
"Mamaaaa, Zi ga mau ngerjain PR. Nanti Mama sibuk periksa PR terus. Kapan kita keliling-keliling naik motor?", ujar Zi sambil memandangku dengan mata redup.
Aku yang sedianya akan memeriksa PR De dan Gi jadi tersenyum lalu tertawa geli. De dan Gi tertawa terbahak-bahak.
"Zi, cepat selesaikan PR, selesai diperiksa oleh Mama, kita berempat naik motor ya Ma ya?", ujar De
"Ayo Zi, cepaaaat...", tambah Gi pada Zi
Zi yang mendengar itu langsung memandangku,"Mama, iya Ma? Begitu ya Ma?". Aku mengangguk dan menepuk pundaknya pelan sambil tersenyum.
Zi terburu-buru mengambil tas sekolahnya dan mengambil buku PR lalu dikerjakan dengan serius. Aku bersyukur pada GUSTI yang menghadirkan 3 nyawa kecil ini dalam hidupku. Mereka teramat manis, dan polos. Aku teringat padanya, laki-laki yang sedang bekerja di sana, yang terkesan tak pernah perduli pada kami, aku dan 3 nyawa kecilku. Ya, laki-laki itu Hans, suamiku, papa dari De, Gi, dan Zi. Airmata mulai merambang hendak turun, tapi langsung kutepis pikiran tentang itu. Biar sajalah dia hidup sesuai dengan inginnya. Tidak berdampingan dengan hidup kami walaupun seharusnya saling menggandeng tangan, saling mendekap, biar sajalah. Toh aku hidup dengan kebahagiaan dari GUSTI. Kebahagiaan yang tak dapat didapat darimana pun. Kebahagiaan dari De, Gi, dan Zi. Mereka mencintaiku tulus, dan aku amat mencintai mereka. Biar saja Hans hidup dalam kehidupannya sendiri. Biar saja dia mensyukuri hidupnya tanpa kami. Biar saja... Ah, tapi itu tetap saja menyakiti rasa yang aku punya...
"Ma, Zi sudah selesai!", teriakan Zi menyadarkanku
"Ah cintanya Mama memang hebat semua! Mana sini bukunya. Mama periksa dulu yaaa", aku tersenyum melihat Zi melonjak-lonjak.
PR De, Gi, dan Zi sudah selesai kuperiksa, dan hasilnya bagus, semua dikerjakan dengan baik, semua jawaban benar semua. Ah GUSTI, ini anugerah tak terbanding...
"Ayo Maa, kita pergi naik motor!!", seru De, Gi, dan Zi, hampir berbarengan.
Aku mengangguk dan bergegas mengganti celana pendekku dengan celana panjang. Lalu...
"Ayok kita kemooon!!", seruku sambil melambaikan tangan pada De, Gi, dan Zi.
Dan disambut dengan tepuk tangan dan teriakan dari mereka,"HORRREEE!!!", lalu menghambur ke arahku yang sedang mengeluarkan motor dari garasi.
Aku tertawa melihat mereka begitu gembira. Hingga kudengar suara De berkata,"Enak ya kalau Papa ga ada... Ya, enak ya?"
GUSTI...
****************
Salam Takzim
ReplyDeleteZI ngapain ngerjain PR mending tadi G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ usah ngerjain "sambil nyodorin es cream Woddy"
Selamat bermotor ria awas ada polisi katanya G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ boleh naik motor berempat lho
Salam Takzim Batavusqu
Haduuh si akang iyeu teh ah... budak leutik malah disuruh ga belajar... # sambil ngambil es krimnyaaa... hahaha!!
DeletePolisi ga 'nyemprit', lah sempritannya dipake Zi tadi... haha :D
perjalanan dengan 'super mom' memang menyenangkan - sesekali pengen coba deh...
ReplyDeleteheheehe... ;)
Deletehuwah... De koq gitu ngomongnya...
ReplyDeletedi episode sebelumnya diceritakan kalo tokoh Papa di sini seringkali memaki dan ga perduli pada keluarga. Jadi anak-anak cenderung lebih suka tanpa ada papanya di rumah.
Deletehiehiheie seru e, Hihieiehiee.
ReplyDeletehehehe... :D
DeleteSaya yakin De, Gi, dan Zi pasti bangga ounya mama kayak mbak R-Ror ini..
ReplyDeleteHarus panggil dengan nama apa sih mbak?
Nita?
Ninit?
R-Ror atau siapa?
Panggil saja satpam
DeleteKaboooooooooooorr
@kopiah putih, hehe... De, Gi, Zi, pasti mencintai mamanya. Hihi.. ini kan fiksi ;)
DeleteWah panggil aku boleh nita, ninit, atau error. Sama aja, oke aja... :D Aku nengok kok kalau di jalan dipanggil pake nama itu ;)
@akang Batavusku, wedew... satpamnya masih cuti lebaran, kang. Hwehehehe... :D
DeleteAku menderita idsorientasi, fiksi atau nonfiksi sih :D
ReplyDeletesalam kenaall
haha.. jadi disorientasi ya mbak... ;)
Deleteini fiksi mbak, tapi berbasic pada kenyataan kehidupan yang ada di masyarakat, KDRT verbal dari kepala keluarga terhadap anggota keluarganya.
Salam senyum, mbak ;)