Ga tau ada apa di kepala gue sebenarnya... Begitu riuh, lebih ramai dari pasar malam, lebih kacau dari massa tawuran. Berusaha meredam dengung yang bergema di otak sejak beberapa waktu lalu. Tapi pada akhirnya hancur, runtuh dan berkeping, lalu menjadi debu yang hilang ditiup angin...
Bagaimana dengan hati gue? Digenangi air yang begitu banyaknya. Lebih dahsyat dibanding banjir yang pernah melanda. Memenuhi hidup, meluap melebihi hidup.
Ada apa di jiwa gue? Begitu padatnya, tak ada sedikit juga jarak bersisa. Padahal seharusnya bisa menjadi lapang dan kosong! Sesak, dan menghimpit satu sama lain. Berjejal, dan bertumpuk!
Dalam kepala, dalam jiwa, dalam hati, ada apakah? Berkecamuk segala masalah, segala rasa. Hmm, tapi ternyata menjadi mudah dan ringan saat senyum dicipta, saat senyum diulas. Ya, senyum... Cuma senyum yang bisa mengobati semua itu. Ya, senyum... Gue lupa tersenyum... Dan semua menjadi ringan sesudah gue tersenyum... Senyum adalah tanda syukur pada GUSTI, dan terlupakan sejenak. Sekarang gue tersenyum, dan semua menjadi ringan...
Senyum? Yuuuk...
Salam senyum penuh cinta,
error
Bagaimana dengan hati gue? Digenangi air yang begitu banyaknya. Lebih dahsyat dibanding banjir yang pernah melanda. Memenuhi hidup, meluap melebihi hidup.
Ada apa di jiwa gue? Begitu padatnya, tak ada sedikit juga jarak bersisa. Padahal seharusnya bisa menjadi lapang dan kosong! Sesak, dan menghimpit satu sama lain. Berjejal, dan bertumpuk!
Dalam kepala, dalam jiwa, dalam hati, ada apakah? Berkecamuk segala masalah, segala rasa. Hmm, tapi ternyata menjadi mudah dan ringan saat senyum dicipta, saat senyum diulas. Ya, senyum... Cuma senyum yang bisa mengobati semua itu. Ya, senyum... Gue lupa tersenyum... Dan semua menjadi ringan sesudah gue tersenyum... Senyum adalah tanda syukur pada GUSTI, dan terlupakan sejenak. Sekarang gue tersenyum, dan semua menjadi ringan...
Senyum? Yuuuk...
Salam senyum penuh cinta,
error
Comments
Post a Comment