Skip to main content

error tentang,"Ya, gue istimewa dan berbahagia"

Pernah aku jatuh dan terpuruk, lalu berusaha bangkit dengan sisa nafas yang tersengal. Pernah aku terluka dan terkapar, lalu berusaha mengobati sendiri dengan segenap senyum yang tersisa. Pernah aku dilempar, dibuang, dan dienyahkan, lalu dengan seluruh cinta yang tak pernah habis, aku kembali untuk tetap bisa mensyukuri cinta yang dianugerahkan untukku, mencinta dengan cinta, dengan ketulusan, dan itu ada tertanam dalam garis hidupku... cinta mencinta, ya mencintai hidup yang ada... 

Itu gue tulis di status jejaring sosial tadi. Ya, memang gue pernah seperti itu. Dan hasilnya, ya gue yang sekarang (nyengiiirrrr, kedip-kedip...)! Rasanya kita pasti pernah ya merasa seperti itu. Terpuruk, nangis-nangis sampai 'njengking' (haduh bahasa Indonesia njengking tuh apa ya? Nungging mungkin yaaaa... Memang dasar gue suka ribet pemakaian bahasa), merasa kecewa sedalam samudera (bahasa lebay, maksudnya kecewa banget, gituuuu). Ya, pernah ya?? Eh ga pernah? Baguuus kalau ga pernah. Berarti rasa syukur yang ada sudah level tinggi... Swear, gue salut!

Sewaktu gue menangis, sewaktu gue bersedih, sewaktu gue merasa dicampakkan, gue biarkan airmata mengalir jauuuuh (hloh kok jadi kayak Bengawan Solo ya?). Ya, mengalir... mengalir di hidup, yang kadang ga mengaliri pipi lewat mata, tapi mengalir di hidup. Saat itu gue berusaha mencerna. Susah sungguh mencerna tentang hidup! Dengan otak yang kurang beberapa ons, yang lebar pemikiran ga lebih dari beberapa milimeter, mencerna kejadian yang nyata terjadi itu sulit! Gue berusaha menenangkan diri dengan sejumlah ketenangan yang ga lebih dari genggaman jemari bayi yang baru lahir. 

Otak kusut, hati gundah. Ga enak banget... Sumpe ga enak banget... Dan gue diam, diam dan diam.... Duduk terpekur tanpa suara, masuk dalam heningnya ruang dan waktu... Hanya ada keheningan diri, antara gue dan SANG PEMBERI ANUGERAH HIDUP, GUSTI.... Diam tanpa suara, tanpa tanya, tanpa sedikitpun kata... Gue ga berani bicara, karena kuatir yang terdengar oleh telinga hati adalah suara gue sendiri. Yakin GUSTI sudah tahu semua yang terjadi... Jadi gue cuma diam, menunggu jawaban yang selalu indah. Terkadang jawaban itu bukan hal yang gue harapkan, tapi itu adalah hal indah, karena GUSTI tau yang terindah untuk ciptaanNYA...

Lalu mulai ada daya yang entah datang darimana menyergap, mendorong bangkit! Cinta, ya, cinta. Cinta yang dianugerahkan GUSTI. Cinta dalam kehidupan yang berjalan. Mencintai kehidupan yang dianugerahkan, karena anugerah terindah adalah hidup. Dan pastilah indah jika hanya diisi cinta tulus. Cinta tanpa berpamrih dicintai kembali. Itulah hidup. Mencintai hidup dengan tulus. Jalani kehidupan dengan apa adanya, menjalani kehidupan dengan daya maksimal yang ada.

Terlahir sebagai istimewa, dan bertakdir sebagai orang yang berbahagia dalam setiap kejadian yang dihadapi... Itu dia yang harus diyakini...

Dan, airmata itu menyusut sendiri... Masih, masih suka ada, tapi itu menyadarkan gue bahwa gue adalah manusia yang punya rasa, bukan manusia tanpa perasaan... 

Bersyukur, bahwa masih bisa punya airmata, dan bersyukur bisa menyikapi airmata yang ada dengan baik... Jangan menolak menjadi istimewa, jangan menolak untuk bahagia... Itu takdir, istimewa dan berbahagia adalah sebuah takdir. Dan gue membuka hati seluas yang gue bisa untuk menerima takdir ini... Ya, gue memang istimewa, dan gue berbahagia...! Makasih ya GUSTI...


Salam senyum penuh cinta,
error


Comments

  1. Setiap manusia memang mempunyai drama kehidupannya sendiri, ada suka duka, jatuh dan bangkit yg menjadikan hidup ini berwarna untuk dikenang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerrrr banget mas. Dan itu memang warna hidup ;)

      Delete
  2. setuju kalo ' kita adalah manusia yang punya rasa, bukan manusia tanpa perasaan '
    Mbak nit, susah senang dalam hidup itu sudah biasa tapi yang membuat luar biasa adalah 'semangat' untuk menghadapinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. HORRREEE... SAMAAAA...!! :D
      Bener, benerrr... benerrr banget...

      Delete
  3. Jatuh terpuruk mah biasa, kalo jatuh terpuruk, tertumpuk tangga trus kejatuhan mangga itu juga bnyak dan biasa aja. Yg ga biasa itu yg luar biasa bisa kembali berdiri jd luar biasa. Ahaha. . . Mbulet2 kata2nya.

    yuk mampir follow or coment jg boleh. Http://ziyad-lagi.blogspot.com/

    ReplyDelete
    Replies
    1. ntu mah nasiiib bangeeet... hiks...!

      eh btw mbulet itu ternyata asik juga ya?? haha :D

      siip aku maen yah ke tempatmu...;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...