"Hans?", aku terkejut melihat Hans ada di depan pintu. Sungguh aku tidak mendengar kedatangannya.
"Hmm", jawabnya tanpa senyum, dengan wajah tak acuh
"Mam dan Pap datang"
"Sudah tau", ujarnya sambil melepas sepatu di ruang tamu
"Aku tidak mendengar kamu datang. Maaf"
"Carport sudah penuh dengan mobil orang tuamu. Ga butuh permintaan maafmu"
"Hans, sudah pulang? Mam dan Pap ga tau kamu dah sampai di rumah. Ga ada suara", Mam dan Pap tiba-tiba ada di ruang tamu.
Hans tak acuh pada Mam dan Pap. Dia terus saja masuk ke dalam tanpa berkata apapun. Mam dan Pap memandangku. Ada banyak pertanyaan kulihat di wajah Mam dan Pap. Tanya tanpa kata. Aku hanya diam tak berkata apapun. Duduk, dan masuk ke dalam karena Hans memanggil. Aku tinggalkan Mam dan Pap dan jutaan pertanyaan yang terlihat jelas...
Hans di kamar duduk dengan muka masam. Aku berdiri di hadapannya dan memandangnya tanpa berkata apapun.
"Sejak kapan Mam dan Pap datang?"
"Tadi"
"Seharusnya ijin padaku. Ini rumahku", ujarnya ketus dan dingin. Aku cuma diam memandangnya.
"Mamaaaaaa...", suara Zi...
Selalu ada Zi yang menyelamatkanku dari suasana mencekam. Aku keluar kamar meninggalkan Hans. Zi di luar kamar memelukku, dan berbisik,"Mamaa, Mama ga kenapa-napa kaaaan?". Aku mengangguk sambil mengelus rambut Zi.
"Mamaaaa, Zi tadi berdoa bersama De, dan Gi, minta GUSTI supaya Papa ga jahat lagi. Udah ga jahat ya Ma?"
"Hush, Papa ga jahat. Papa itu baik"
"Mamaaaaa, dosaaaaaa... Mamaaaaa, Mama bohoooong..."
Aku tertawa.
De dan Gi keluar dari kamarnya dengan wajah lugu.
"Mama, Mama dimarahin Papa?", tanya De
"Ga. Eh, mana Eyang?"
"Eyang di teras", Sahut Gi
"Ya udah. Mama mau ke teras", ujarku
Hans keluar kamar, mengambil kunci mobil.
"Mau kemana?", tanyaku
"Bukan urusanmu"
"Papaaaa, Papa jahat! Papa ga sayang Mama! Zi marah! Papaaa, Papa ga boleh pulang ke sini lagi!", Zi berteriak sambil menangis.
Hans terlihat marah. Mukanya menegang.
"Hans, mau kemana?", suara Pap terdengar
Hans diam.
"Hans", panggil Pap
Hans diam, masih tetap diam, lalu menghilang... Pap pun menghilang...
"Mamaaa, banguuun... Eyang nyuruh makaaaan... Mamaaaa...", suara Zi membangunkanku. Ufh, ternyata semua cuma mimpi... Hans, begitu kuat karaktermu mengikat cerita hidupku. Aku pun bangun memeluk Zi.
"Ayo kita makan...", ajakku pada Zi. Zi menggandengku
Hans, kamu tak pernah tau, di sini ada banyak cinta, dan itu mengenyangkan hidupku, penuh dengan cinta...
"Hmm", jawabnya tanpa senyum, dengan wajah tak acuh
"Mam dan Pap datang"
"Sudah tau", ujarnya sambil melepas sepatu di ruang tamu
"Aku tidak mendengar kamu datang. Maaf"
"Carport sudah penuh dengan mobil orang tuamu. Ga butuh permintaan maafmu"
"Hans, sudah pulang? Mam dan Pap ga tau kamu dah sampai di rumah. Ga ada suara", Mam dan Pap tiba-tiba ada di ruang tamu.
Hans tak acuh pada Mam dan Pap. Dia terus saja masuk ke dalam tanpa berkata apapun. Mam dan Pap memandangku. Ada banyak pertanyaan kulihat di wajah Mam dan Pap. Tanya tanpa kata. Aku hanya diam tak berkata apapun. Duduk, dan masuk ke dalam karena Hans memanggil. Aku tinggalkan Mam dan Pap dan jutaan pertanyaan yang terlihat jelas...
Hans di kamar duduk dengan muka masam. Aku berdiri di hadapannya dan memandangnya tanpa berkata apapun.
"Sejak kapan Mam dan Pap datang?"
"Tadi"
"Seharusnya ijin padaku. Ini rumahku", ujarnya ketus dan dingin. Aku cuma diam memandangnya.
"Mamaaaaaa...", suara Zi...
Selalu ada Zi yang menyelamatkanku dari suasana mencekam. Aku keluar kamar meninggalkan Hans. Zi di luar kamar memelukku, dan berbisik,"Mamaa, Mama ga kenapa-napa kaaaan?". Aku mengangguk sambil mengelus rambut Zi.
"Mamaaaa, Zi tadi berdoa bersama De, dan Gi, minta GUSTI supaya Papa ga jahat lagi. Udah ga jahat ya Ma?"
"Hush, Papa ga jahat. Papa itu baik"
"Mamaaaaa, dosaaaaaa... Mamaaaaa, Mama bohoooong..."
Aku tertawa.
De dan Gi keluar dari kamarnya dengan wajah lugu.
"Mama, Mama dimarahin Papa?", tanya De
"Ga. Eh, mana Eyang?"
"Eyang di teras", Sahut Gi
"Ya udah. Mama mau ke teras", ujarku
Hans keluar kamar, mengambil kunci mobil.
"Mau kemana?", tanyaku
"Bukan urusanmu"
"Papaaaa, Papa jahat! Papa ga sayang Mama! Zi marah! Papaaa, Papa ga boleh pulang ke sini lagi!", Zi berteriak sambil menangis.
Hans terlihat marah. Mukanya menegang.
"Hans, mau kemana?", suara Pap terdengar
Hans diam.
"Hans", panggil Pap
Hans diam, masih tetap diam, lalu menghilang... Pap pun menghilang...
"Mamaaa, banguuun... Eyang nyuruh makaaaan... Mamaaaa...", suara Zi membangunkanku. Ufh, ternyata semua cuma mimpi... Hans, begitu kuat karaktermu mengikat cerita hidupku. Aku pun bangun memeluk Zi.
"Ayo kita makan...", ajakku pada Zi. Zi menggandengku
Hans, kamu tak pernah tau, di sini ada banyak cinta, dan itu mengenyangkan hidupku, penuh dengan cinta...
************************************
Salam Takzim
ReplyDeleteGile si hanz sama pap ko begitu sih kejam banget hanz hanz
Sudah habis ya
Salam takzim batavusqu
belum habis,kang. Masih berlanjut ;)
DeleteSalam senyum :)