Skip to main content

error bercerita,"Seuntai penyejuk dari Ho"

Aargh, Mengapa otak serasa berhenti saat hendak menulis tentangmu, Ho? Berjejal kata hendak diucap oleh jari, tapi semuanya hanya jadi sasaran backspace! Ho, rasanya aku tak bisa berhenti menangis. Apakah rindu ini salah, Ho? Merindukanmu adalah hal yang salah? Ho, airmata ini masih mengalir... Ho, apakah kamu tak punya rindu seperti yang kupunya? Ah Ho...
Ho, sedang apakah kamu? Aku bertanya dalam hati sendiri, tanpa ada jawaban darimu. Tanya itu tetap menjadi tanya, dan hanya akan jadi tanya... Ya, tanya tentangmu Ho...

Ingin berteriak keras memanggil namamu, Ho... Ingin berteriak keras, menjerit, sambil menumpahkan airmata. Ah Ho, resah ini karena sebuah rasa yang bernama rindu, dan cuma aku yang tau... Ya, cuma aku... 

Aargh, mengapa tentangmu memenuhi seluruh gerakku? Sedangkan yang kutahu kamu tenang tak terusik sedikitpun oleh rindu. Aku menunduk tak mampu bicara lagi... Isak yang tak pernah hadir dalam hidup, mulai terdengar, tertahan...

HO! Apa yang sedang terjadi padaku? HO! Argh..., kamu tetap diam tak bergeming...

Isakku tak mampu kutahan lagi... Semua mulai berputar-putar... Lalu kulihat terselip di antara tumpukan cerita yang ada di hadapanku... Pesan singkat darimu...

"Menyusun & Menata Hati adalah langkah awal untuk memahami dan untuk mengerti diantara kita ;
Dan Cahaya itu selalu datang dari atas dan turun kebawah guna menerangi hati kita ;
Aku Diam bukan berarti menyakiti ; Kamu adalah Aku , Aku adalah Kamu ; 
Aku menyakiti Kamu berarti Aku menyakiti Diri Ku Sendiri..."
(Ho)

Airmataku mengalir dan mengalir, lalu nafasku mulai teratur... Ho, aku mulai mengantuk... Ya, aku adalah kamu, Ho... Dan kamu adalah aku... Dan ini menyejukkanku... 

Ho, selamat malam... resah ini memisahkan diri dari hatiku... Selamat malam, Ho... Terimakasih untaian kalimat penyejukmu... Selamat malam Ho, ada rindu di sini untukmu...

                                        ***********





Comments

  1. Salam Takzim
    Kisahku adalah kisahmu, jangan kau tutup kisahmu karenanya aku tak berkisah
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya kang...
      kisahku tak tertutup untukmu...
      salam senyum,
      error n kids

      Delete
  2. Rindu dan menangis itu manusiawi.
    Setiap insan akan mengalami
    Tak ada batasan usia
    Tak ada sekat ras, suku atau agama

    Salam sayang selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya dhe...
      ga ada yang bisa membatasi rindu apalagi melarang rindu datang ya dhe...
      tangis itu kaca hati ya dhe... yang bisa pecah setiap saat ya dhe...

      salam senyum penuh cinta, dhe... dari error n kids ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...