Skip to main content

error bercerita,"Sebuah perjalanan" #episode 10

De dan Gi yang baru bangun tidur berjalan ke arahku lalu memelukku... Ah cinta, indah sekali hari ini.

"Ma, mandinya nanti yaaa...", ujar Gi

"Ma, De mau duduk di depan yaaaa", kata De

Aku mengiyakan mereka, dan mengecup satu persatu pipi mereka. Nasi goreng sudah kuhangatkan di magic jar untuk De, Gi, dan Zi sarapan.

"Mamaaaa, Zi mau makaaaan", Zi berlari lalu memelukku.

"Ambil piring ayo"

Zi menurut mengambil piring, lalu diberikannya padaku. Nasi goreng dalam magic jar kuambil dan kucetak hingga nasi yang ada di piring Zi tercetak rapi. Lalu kutusukkan tusuk gigi yang di bagian atasnya sudah kuberi kertas laksana bendera berwarna merah putih, bendera Indonesia.

"Mamaaaa, cantik banget nasi gorengnyaaa..."

Aku tersenyum

"Mamaaa, ini Indonesia ya Ma..."

"Ya, cinta"

"Bogor itu Indonesia bukan?"

"Indonesia, cintanya Mama"

"Papa di Indonesia juga?"

"Ya"

"Papa teman Zi ga pulang-pulang karena kerjanya di Amerika. Amerika bukan Indonesia ya Ma?"

"Bukan, sayang"

"Amerika jauh?"

"Ya, jauh, Zi", jelasku pada Zi

"Bogor itu jauh?"

"Jauh"

"Loh Bogor kan di Indonesia. Masa jauh sih Maaa?"

"Ya jauh sayang, biarpun sama di Indonesia, ya tetap jauh. Indonesia itu luas, sayang"

"Bogor sama Amerika itu jauh mana?"

"Jauh Amerika"

"Papa di Bogor kan ya Ma?"

"Ya, cintanya Mama", kataku masih tetap berjongkok di depan Zi, lalu menjawil pipinya yang tirus

"Papa kenapa ga kerja di Amerika aja ya Ma?"

"Loh kenapa?"

"Jadi Papa jauuuuuuuuh... Jauuuuuuuh lagi dari sini, lebih jauh dari Bogor", jawabnya mantap

"Masa Papa disuruh jauh sih Zi?? Nanti ga ketemu Papa dong"

"Ga apa-apa ga ketemu Papa. Zi bisa kangen aja terus sama Papa, Ma"

"Sekarang juga kangen kan?"

"Ya, tapi Papa kalo pulang tuh cuma marah-marah. Zi takut Papa pulang, padahal Zi kangen. Mama takut ga sama Papa?", tanyanya penuh rasa ingin tau

"Ga, ga takut"

"Tapi Mama nangiiiis... Hayoo Mama nangiiis... Zi lihat Mama usap airmata waktu di dapur. Zi ga mau Mama nangis gara-gara Papa"

"Ga nangis, Zi. Mata Mama kena bawang"

"Mamaaaa..., Mama dosaaaaaaaaa...!", seru Zi

"Dosa kenapa?"

"Mama bohooooong...! Mama nangis gara-gara Papa, bukan kena bawang"

Aku tertawa pelan, diikuti tawa Zi yang terbahak-bahak. Dan itu membuat De juga Gi berlari masuk dan bertanya,"Mamaaa, ikuuut", ujar Gi

"Ikut? Ikut kemana?", tanyaku pada Gi

"Ikut ngobrol sama Mama dan Zi. Ikut ketawa...", sahut Gi

"Iya, Ma", kata De

Ah cinta, ini cinta yang indah di hari libur yang indah.

"De, Gi, ambil piring, sayang. Makan ya", kataku pada De dan Gi

De dan Gi langsung mengambil piring, lalu me memberikannya padaku. Seperti nasi goreng di piring Zi, aku juga mencetak nasi di piring De dan Gi, lalu menancapkan tusuk gigi yang laksana berbendera.

"Mama, ini bagus banget", kata De

"Mama, bagusnyaaa", ujar Gi

"Mama pintaaar...", kata De

"Mamanya siapa dulu dooong...?", kata Zi

"Mamanya Giiiiiiiiiii", kata Gi

"Mamanya Zi!", sahut Zi

"Mama kita", sahut De

"Ma, enak... Boleh nambah?", tanya Gi

"Eeeeh ga boleeeh..! Habis, nasi gorengnya habis. Mama belum makan", sergah Zi

"Oh iya, lupa", Gi tertawa

Aku menikmati kebersamaan ini. Hans, kasihan sekali kamu Hans, kamu tidak pernah tahu betapa hebat De, Gi, dan Zi...

"Mama, haaaaa!", De mengangsurkan sesendok nasi ke mulutku

Dan kami berempat menikmati suapan-suapan kecil nasi goreng yang kemarin dibawa oleh Indira. Terimakasih GUSTI, selalu ada kelegaan di setiap hari selama mau berlega hati...

****************


                         

Comments

  1. Salam Takzim
    Nuansa kebahagiaan tanpa papah lebih memberikan makna sebuah keluarga yang warohmah, biar papa G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ usah pulang ya mah asal kita tetap kangen
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, mungkin menjadi lebih baik menyimpan cinta dan rindu dalam hati, jadi lebih terjaga dibanding mencintai dan merindu dalam sebuah pertemuan, kang...

      Delete
  2. Maju terus
    Critanya mantap
    Salam sayang selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, makasih dhee...
      Maju terus pantang ga maju...

      Salm senyum penuh cinta...

      Delete
  3. Komen dengan blog wordpress bisa gitu kok

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya dhe... aku juga susah pas mau komen di wp...

      Delete
  4. istri yang hebat ya tetap tersenyum didepan anak2nya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak adalah nyawa kita, mbak Lidya, yang harus dijaga dan dilindungi. Senyumnya, cerianya, bahagianya pun harus dilindungi :)

      Delete
  5. Keceriaan dalam sebuah keluarga yang manis sekali.

    Mbk Nit, salam lahir batin dari Jember ya.

    Juga peluk sayang untuk keponakan keponakanku disana.

    Kapan ya bisa bertemu kalian...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa alaikum salam, mas Imam... makasih peluk sayangnya untuk ponakan di sini... ;)

      ceria itu wajib looh :D

      Satu saat pasti bisa ketemu, pasti ;)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...