De dan Gi yang baru bangun tidur berjalan ke arahku lalu memelukku... Ah cinta, indah sekali hari ini.
"Ma, mandinya nanti yaaa...", ujar Gi
"Ma, De mau duduk di depan yaaaa", kata De
Aku mengiyakan mereka, dan mengecup satu persatu pipi mereka. Nasi goreng sudah kuhangatkan di magic jar untuk De, Gi, dan Zi sarapan.
"Mamaaaa, Zi mau makaaaan", Zi berlari lalu memelukku.
"Ambil piring ayo"
Zi menurut mengambil piring, lalu diberikannya padaku. Nasi goreng dalam magic jar kuambil dan kucetak hingga nasi yang ada di piring Zi tercetak rapi. Lalu kutusukkan tusuk gigi yang di bagian atasnya sudah kuberi kertas laksana bendera berwarna merah putih, bendera Indonesia.
"Mamaaaa, cantik banget nasi gorengnyaaa..."
Aku tersenyum
"Mamaaa, ini Indonesia ya Ma..."
"Ya, cinta"
"Bogor itu Indonesia bukan?"
"Indonesia, cintanya Mama"
"Papa di Indonesia juga?"
"Ya"
"Papa teman Zi ga pulang-pulang karena kerjanya di Amerika. Amerika bukan Indonesia ya Ma?"
"Bukan, sayang"
"Amerika jauh?"
"Ya, jauh, Zi", jelasku pada Zi
"Bogor itu jauh?"
"Jauh"
"Loh Bogor kan di Indonesia. Masa jauh sih Maaa?"
"Ya jauh sayang, biarpun sama di Indonesia, ya tetap jauh. Indonesia itu luas, sayang"
"Bogor sama Amerika itu jauh mana?"
"Jauh Amerika"
"Papa di Bogor kan ya Ma?"
"Ya, cintanya Mama", kataku masih tetap berjongkok di depan Zi, lalu menjawil pipinya yang tirus
"Papa kenapa ga kerja di Amerika aja ya Ma?"
"Loh kenapa?"
"Jadi Papa jauuuuuuuuh... Jauuuuuuuh lagi dari sini, lebih jauh dari Bogor", jawabnya mantap
"Masa Papa disuruh jauh sih Zi?? Nanti ga ketemu Papa dong"
"Ga apa-apa ga ketemu Papa. Zi bisa kangen aja terus sama Papa, Ma"
"Sekarang juga kangen kan?"
"Ya, tapi Papa kalo pulang tuh cuma marah-marah. Zi takut Papa pulang, padahal Zi kangen. Mama takut ga sama Papa?", tanyanya penuh rasa ingin tau
"Ga, ga takut"
"Tapi Mama nangiiiis... Hayoo Mama nangiiis... Zi lihat Mama usap airmata waktu di dapur. Zi ga mau Mama nangis gara-gara Papa"
"Ga nangis, Zi. Mata Mama kena bawang"
"Mamaaaa..., Mama dosaaaaaaaaa...!", seru Zi
"Dosa kenapa?"
"Mama bohooooong...! Mama nangis gara-gara Papa, bukan kena bawang"
Aku tertawa pelan, diikuti tawa Zi yang terbahak-bahak. Dan itu membuat De juga Gi berlari masuk dan bertanya,"Mamaaa, ikuuut", ujar Gi
"Ikut? Ikut kemana?", tanyaku pada Gi
"Ikut ngobrol sama Mama dan Zi. Ikut ketawa...", sahut Gi
"Iya, Ma", kata De
Ah cinta, ini cinta yang indah di hari libur yang indah.
"De, Gi, ambil piring, sayang. Makan ya", kataku pada De dan Gi
De dan Gi langsung mengambil piring, lalu me memberikannya padaku. Seperti nasi goreng di piring Zi, aku juga mencetak nasi di piring De dan Gi, lalu menancapkan tusuk gigi yang laksana berbendera.
"Mama, ini bagus banget", kata De
"Mama, bagusnyaaa", ujar Gi
"Mama pintaaar...", kata De
"Mamanya siapa dulu dooong...?", kata Zi
"Mamanya Giiiiiiiiiii", kata Gi
"Mamanya Zi!", sahut Zi
"Mama kita", sahut De
"Ma, enak... Boleh nambah?", tanya Gi
"Eeeeh ga boleeeh..! Habis, nasi gorengnya habis. Mama belum makan", sergah Zi
"Oh iya, lupa", Gi tertawa
Aku menikmati kebersamaan ini. Hans, kasihan sekali kamu Hans, kamu tidak pernah tahu betapa hebat De, Gi, dan Zi...
"Mama, haaaaa!", De mengangsurkan sesendok nasi ke mulutku
Dan kami berempat menikmati suapan-suapan kecil nasi goreng yang kemarin dibawa oleh Indira. Terimakasih GUSTI, selalu ada kelegaan di setiap hari selama mau berlega hati...
"Ma, mandinya nanti yaaa...", ujar Gi
"Ma, De mau duduk di depan yaaaa", kata De
Aku mengiyakan mereka, dan mengecup satu persatu pipi mereka. Nasi goreng sudah kuhangatkan di magic jar untuk De, Gi, dan Zi sarapan.
"Mamaaaa, Zi mau makaaaan", Zi berlari lalu memelukku.
"Ambil piring ayo"
Zi menurut mengambil piring, lalu diberikannya padaku. Nasi goreng dalam magic jar kuambil dan kucetak hingga nasi yang ada di piring Zi tercetak rapi. Lalu kutusukkan tusuk gigi yang di bagian atasnya sudah kuberi kertas laksana bendera berwarna merah putih, bendera Indonesia.
"Mamaaaa, cantik banget nasi gorengnyaaa..."
Aku tersenyum
"Mamaaa, ini Indonesia ya Ma..."
"Ya, cinta"
"Bogor itu Indonesia bukan?"
"Indonesia, cintanya Mama"
"Papa di Indonesia juga?"
"Ya"
"Papa teman Zi ga pulang-pulang karena kerjanya di Amerika. Amerika bukan Indonesia ya Ma?"
"Bukan, sayang"
"Amerika jauh?"
"Ya, jauh, Zi", jelasku pada Zi
"Bogor itu jauh?"
"Jauh"
"Loh Bogor kan di Indonesia. Masa jauh sih Maaa?"
"Ya jauh sayang, biarpun sama di Indonesia, ya tetap jauh. Indonesia itu luas, sayang"
"Bogor sama Amerika itu jauh mana?"
"Jauh Amerika"
"Papa di Bogor kan ya Ma?"
"Ya, cintanya Mama", kataku masih tetap berjongkok di depan Zi, lalu menjawil pipinya yang tirus
"Papa kenapa ga kerja di Amerika aja ya Ma?"
"Loh kenapa?"
"Jadi Papa jauuuuuuuuh... Jauuuuuuuh lagi dari sini, lebih jauh dari Bogor", jawabnya mantap
"Masa Papa disuruh jauh sih Zi?? Nanti ga ketemu Papa dong"
"Ga apa-apa ga ketemu Papa. Zi bisa kangen aja terus sama Papa, Ma"
"Sekarang juga kangen kan?"
"Ya, tapi Papa kalo pulang tuh cuma marah-marah. Zi takut Papa pulang, padahal Zi kangen. Mama takut ga sama Papa?", tanyanya penuh rasa ingin tau
"Ga, ga takut"
"Tapi Mama nangiiiis... Hayoo Mama nangiiis... Zi lihat Mama usap airmata waktu di dapur. Zi ga mau Mama nangis gara-gara Papa"
"Ga nangis, Zi. Mata Mama kena bawang"
"Mamaaaa..., Mama dosaaaaaaaaa...!", seru Zi
"Dosa kenapa?"
"Mama bohooooong...! Mama nangis gara-gara Papa, bukan kena bawang"
Aku tertawa pelan, diikuti tawa Zi yang terbahak-bahak. Dan itu membuat De juga Gi berlari masuk dan bertanya,"Mamaaa, ikuuut", ujar Gi
"Ikut? Ikut kemana?", tanyaku pada Gi
"Ikut ngobrol sama Mama dan Zi. Ikut ketawa...", sahut Gi
"Iya, Ma", kata De
Ah cinta, ini cinta yang indah di hari libur yang indah.
"De, Gi, ambil piring, sayang. Makan ya", kataku pada De dan Gi
De dan Gi langsung mengambil piring, lalu me memberikannya padaku. Seperti nasi goreng di piring Zi, aku juga mencetak nasi di piring De dan Gi, lalu menancapkan tusuk gigi yang laksana berbendera.
"Mama, ini bagus banget", kata De
"Mama, bagusnyaaa", ujar Gi
"Mama pintaaar...", kata De
"Mamanya siapa dulu dooong...?", kata Zi
"Mamanya Giiiiiiiiiii", kata Gi
"Mamanya Zi!", sahut Zi
"Mama kita", sahut De
"Ma, enak... Boleh nambah?", tanya Gi
"Eeeeh ga boleeeh..! Habis, nasi gorengnya habis. Mama belum makan", sergah Zi
"Oh iya, lupa", Gi tertawa
Aku menikmati kebersamaan ini. Hans, kasihan sekali kamu Hans, kamu tidak pernah tahu betapa hebat De, Gi, dan Zi...
"Mama, haaaaa!", De mengangsurkan sesendok nasi ke mulutku
Dan kami berempat menikmati suapan-suapan kecil nasi goreng yang kemarin dibawa oleh Indira. Terimakasih GUSTI, selalu ada kelegaan di setiap hari selama mau berlega hati...
****************
Salam Takzim
ReplyDeleteNuansa kebahagiaan tanpa papah lebih memberikan makna sebuah keluarga yang warohmah, biar papa G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ usah pulang ya mah asal kita tetap kangen
Salam Takzim Batavusqu
ya, mungkin menjadi lebih baik menyimpan cinta dan rindu dalam hati, jadi lebih terjaga dibanding mencintai dan merindu dalam sebuah pertemuan, kang...
DeleteMaju terus
ReplyDeleteCritanya mantap
Salam sayang selalu
Yup, makasih dhee...
DeleteMaju terus pantang ga maju...
Salm senyum penuh cinta...
Komen dengan blog wordpress bisa gitu kok
ReplyDeleteIya dhe... aku juga susah pas mau komen di wp...
Deleteistri yang hebat ya tetap tersenyum didepan anak2nya
ReplyDeleteAnak adalah nyawa kita, mbak Lidya, yang harus dijaga dan dilindungi. Senyumnya, cerianya, bahagianya pun harus dilindungi :)
DeleteKeceriaan dalam sebuah keluarga yang manis sekali.
ReplyDeleteMbk Nit, salam lahir batin dari Jember ya.
Juga peluk sayang untuk keponakan keponakanku disana.
Kapan ya bisa bertemu kalian...
Wa alaikum salam, mas Imam... makasih peluk sayangnya untuk ponakan di sini... ;)
Deleteceria itu wajib looh :D
Satu saat pasti bisa ketemu, pasti ;)