"Mam dan Pap pulang ya. Jaga dirimu dan anak-anak baik-baik. Ini untuk jajan anak-anak, simpan dengan baik. O ya, pakai cincin Mam ini untukmu, juga kalung dan gelang ini. Jadi kamu terlihat lebih manis", ujar Mam saat akan pulang. Aku tersenyum. Tak ada kata keluar dari mulutku. De, Gi, dan Zi terlihat sedih.
"Eyaaaaaang, nanti Zi mau beli rumah yang besaaaar... Eyang menginap di rumah Zi lagi ya nantinya. Ada 5 kamar nantinya. Satu kamar untuk Mama dan Zi, satu kamar untuk Gi, satu kamar untuk De, satu kamar untuk Eyang kakung dan Eyang putri sewaktu menginap", Zi berkata sambil memelukku yang berjongkok di sampingnya.
"Zi, itu baru 4 kamar. Berarti itu kamar Zi. Papa kan tidur di kamar berdua Mama, ya?", Pap berkata pada Zi sambil mencolek pipi Zi.
"Iiiih Eyaaaang...! Yang satunya itu kamar untuk pembantu, tauuuuuu...! Zi sama Mama, Eyang. Papa tidur di rumahnya sendiri aja. Rumah Zi bukan rumah Papa, Eyaaaang. Nanti Eyang boleh parkir mobil di garasi mobil Zi yang luaaaaaas...!", ujar Zi
Pap dan Mam nampak sedikit terkejut, tapi kulihat Pap dengan cepat menguasai suasana hatinya, lalu menjawab,"Garasinya kok luas?"
Zi tertawa, lalu tertawa,"Papa boleh menginap di garasi di dalam mobilnya Papa. Nanti di garasi ada kamar mandinya kok. Jadi Papa bisa mandi dan pipis di sana. Gitu loh Eyaaaang"
Aku berkata pada Zi,"Jangan dong Zi, nanti Papa bisa sakit kalau begitu"
"Ya nanti Zi jadi dokter. Gampang, Zi periksa Papa. Ga usah bayar, gratis periksa di Zi", ujar Zi
"Ziii, Gi juga punya rumah besaaaaaaaaaaar...! Ada kamar besar untuk Zi di situ. Tapi kamar di rumah Gi ada banyaaaaak. Mama di kamar yang besar juga. De juga. Papa juga dapat kamar, kok. Boleh pilih mau kamar yang mana aja, ada karaokenya, ada games nya. Tapi ga boleh keluar kamar", Gi berkata
"Iiiih, De juga punya rumah besar! Semua orang punya kamar bagus di rumah De. Papa boleh datang dan tidur. Tapi De mau berdoa supaya ada sms 'Bogor' setiap hari dari Papa", de tak mau kalah
Mam dan Pap terlihat amat terkejut dengan angan-angan De, Gi, serta Zi. Aku? Tak kalah terkejutnya!
"Ya sudah, Eyang pulang ya sayang. Jaga Mama baik-baik, ga boleh nakal", Mam mengelus rambut De, Gi, dan Zi
"Pasti Eyaaaaaaang...!", seru De
Gi tertawa, dan mengacungkan ibu jarinya yang ditiru oleh Zi. Aku cuma tersenyum..., lalu mengantar Mam dan Pap ke garasi.
"Daaaah Eyaaaaaang..!! Hati-hatiii...!!", seru De, Gi dan Zi serempak, sambil melambaikan tangan mungil mereka.
"Udah habis, Ma", ujar Zi padaku
"Apanya yang habis?", tanyaku
"Rahasia diam-diam ga bercerita tentang Papa", sahut Zi, yang disambut tawa De juga Gi
"Maaaa, Zi mau Mama pakai cincin, gelang, kalung dari Eyang. Siniiii Zi bantu", ujar Zi
"Mama cantiiiik...!", kata Gi
"Mama, mama seperti bidadari", kata De
"Mama, Mama seperti Cinderella!", Zi bertepuk tangan
"Eyaaaaaang, nanti Zi mau beli rumah yang besaaaar... Eyang menginap di rumah Zi lagi ya nantinya. Ada 5 kamar nantinya. Satu kamar untuk Mama dan Zi, satu kamar untuk Gi, satu kamar untuk De, satu kamar untuk Eyang kakung dan Eyang putri sewaktu menginap", Zi berkata sambil memelukku yang berjongkok di sampingnya.
"Zi, itu baru 4 kamar. Berarti itu kamar Zi. Papa kan tidur di kamar berdua Mama, ya?", Pap berkata pada Zi sambil mencolek pipi Zi.
"Iiiih Eyaaaang...! Yang satunya itu kamar untuk pembantu, tauuuuuu...! Zi sama Mama, Eyang. Papa tidur di rumahnya sendiri aja. Rumah Zi bukan rumah Papa, Eyaaaang. Nanti Eyang boleh parkir mobil di garasi mobil Zi yang luaaaaaas...!", ujar Zi
Pap dan Mam nampak sedikit terkejut, tapi kulihat Pap dengan cepat menguasai suasana hatinya, lalu menjawab,"Garasinya kok luas?"
Zi tertawa, lalu tertawa,"Papa boleh menginap di garasi di dalam mobilnya Papa. Nanti di garasi ada kamar mandinya kok. Jadi Papa bisa mandi dan pipis di sana. Gitu loh Eyaaaang"
Aku berkata pada Zi,"Jangan dong Zi, nanti Papa bisa sakit kalau begitu"
"Ya nanti Zi jadi dokter. Gampang, Zi periksa Papa. Ga usah bayar, gratis periksa di Zi", ujar Zi
"Ziii, Gi juga punya rumah besaaaaaaaaaaar...! Ada kamar besar untuk Zi di situ. Tapi kamar di rumah Gi ada banyaaaaak. Mama di kamar yang besar juga. De juga. Papa juga dapat kamar, kok. Boleh pilih mau kamar yang mana aja, ada karaokenya, ada games nya. Tapi ga boleh keluar kamar", Gi berkata
"Iiiih, De juga punya rumah besar! Semua orang punya kamar bagus di rumah De. Papa boleh datang dan tidur. Tapi De mau berdoa supaya ada sms 'Bogor' setiap hari dari Papa", de tak mau kalah
Mam dan Pap terlihat amat terkejut dengan angan-angan De, Gi, serta Zi. Aku? Tak kalah terkejutnya!
"Ya sudah, Eyang pulang ya sayang. Jaga Mama baik-baik, ga boleh nakal", Mam mengelus rambut De, Gi, dan Zi
"Pasti Eyaaaaaaang...!", seru De
Gi tertawa, dan mengacungkan ibu jarinya yang ditiru oleh Zi. Aku cuma tersenyum..., lalu mengantar Mam dan Pap ke garasi.
"Daaaah Eyaaaaaang..!! Hati-hatiii...!!", seru De, Gi dan Zi serempak, sambil melambaikan tangan mungil mereka.
"Udah habis, Ma", ujar Zi padaku
"Apanya yang habis?", tanyaku
"Rahasia diam-diam ga bercerita tentang Papa", sahut Zi, yang disambut tawa De juga Gi
"Maaaa, Zi mau Mama pakai cincin, gelang, kalung dari Eyang. Siniiii Zi bantu", ujar Zi
"Mama cantiiiik...!", kata Gi
"Mama, mama seperti bidadari", kata De
"Mama, Mama seperti Cinderella!", Zi bertepuk tangan
"Jangan mau jadi cinderella, Ma! Mama ga punya rok! Susah, pakai rok, naik kuda! Jangan mau!", sahut De
Ah, nyawa kecil yang lucu dan penuh cinta... Aku tertawa. Cinta, ini cinta...
"Ya, GUSTI, moga-moga Papa ga pulang lagiiii, amin", ujar Zi
"Amiiiin", ujar Gi
"Amiiin", tambah De
"Heee, ga boleh gitu", sergahku
"Ah Mamaaaa, kalau Papa pulang, nanti cincin, gelang, dan kalung Mama diambil lagi sama Papaaaa!", teriak Zi
De dan Gi berebut bicara, dan aku? Terbawa memori tentang perhiasan dari Mam yang selalu diambil Hans. Entah untuk apa, dan aku enggan bertanya...
"Mamaaaa, Papa pulang ga nanti?", tanya Zi
"Gaaaaaaaaaaaaaaa....!", sahut De dan Gi sambil tertawa, lalu berlari masuk ke dalam rumah dengan riang, disusul Zi.
Haaaaaaaaaaans...! Seruku dalam hati...
"Ya, GUSTI, moga-moga Papa ga pulang lagiiii, amin", ujar Zi
"Amiiiin", ujar Gi
"Amiiin", tambah De
"Heee, ga boleh gitu", sergahku
"Ah Mamaaaa, kalau Papa pulang, nanti cincin, gelang, dan kalung Mama diambil lagi sama Papaaaa!", teriak Zi
De dan Gi berebut bicara, dan aku? Terbawa memori tentang perhiasan dari Mam yang selalu diambil Hans. Entah untuk apa, dan aku enggan bertanya...
"Mamaaaa, Papa pulang ga nanti?", tanya Zi
"Gaaaaaaaaaaaaaaa....!", sahut De dan Gi sambil tertawa, lalu berlari masuk ke dalam rumah dengan riang, disusul Zi.
Haaaaaaaaaaans...! Seruku dalam hati...
*************************
Salam Takzim
ReplyDeleteSelamat jalan Mam, Pap semoga kalian selalu sehat ya.
masih dengan keharuan ada selipan perhiasan sebagai persediaan mana kala gas habis
Salam Takzim Batavusqu
alhamdulillah, kang...
DeleteSalam senyum ;)
haduh....
ReplyDeletemasa suruh menginap di garasi mobil. Di dalam mobil pula, bisa pengap kalau beberapa jam di garasi.
hihihi... namanya aja anak kecil... haha..!
Delete