Trek trek trek! Tin tin tin!!
Suara dari luar. Pagar diketok gembok, dan suara klakson mobil.
"Deeee...! Giiii...! Ziii...!", suara teriakan dari luar mengejutkanku.
Aku berlari keluar. Mam! Pap! Tergesa aku membuka gembok, sambil tersenyum. Rindu ini tak tertahan lagi...
"Aaah, kamu kurus sekali...", Mam berkata dan memelukku
"Ya, sini Pap rindu", Pap berkata, lalu memelukku erat
"Jangan diet terlalu keras, sayang. Terlalu kurus bisa sakit. Mana De, Gi, dan Zi? Hans mu?", Mam berkata padaku.
"Mereka masih tidur, Mam. Lelah semalam bercanda"
"Hans juga?", tanya Pap
"Hans nanti pulang, Pap. Ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal"
"Hmm..", ujar Pap
"DOOOOOOORRRRR!!!!"
Mam, Pap, dan aku terkejut bukan main. Tiba-tiba saja De, Gi, dan Zi, muncul berteriak dari balik pintu! Cintaku tercinta..., selalu punya cara unik meramaikan suasana.
"Hahahaha!!!", tawa Pap, lalu memeluk 3 cucu yang juga tertawa-tawa
"Haaaii, mana peluk untuk Eyang Putri?", seru Mam pada De, Gi, dan Zi
Menghamburlah De, Gi, dan Zi, dari pelukan Pap ke pelukan Mam. Indah sekali, indah sekali... Ya, cinta ini indah sekali...
"Pap tolong teh hangat ya", kata Pap padaku
"Gas habis, Pap. Baru semalam habis, juga air galon habis semalam. Belum sempat pesan", ujarku
"Sudah, ga apa-apa. Pap memang menyusahkan. Ini Pap, minum", Mam mengangsurkan botol air mineral pada Pap.
"De, kamu ke warung ya. Beli air mineral botol besar 6. Uh, berat. Minta tolong Mas nya antar aja ya De. Dan kamu boleh jajan apa saja. Ini uangnya", Pap memberi uang pada De.
Warung ada di sebelah rumah kami. Jadi pasti bersedia mengantarkan pesanan.
"Oke Eyaaaaang!", kata De dan Gi. Sedangkan Zi hanya duduk di kursi.
"Jangan pernah menyepelekan makan dan minum. Gas bisa habis, air minum pun habis. Bagaimana sih kamu?", ujar Pap
Zi terlihat ingin menjawab, tapi memandangku yang tersenyum dan mengedipkan mata perlahan, Zi tersenyum dan mengerti bahwa tak perlu menceritakan itu pada Eyangnya.
"Yang jual gas sudah buka belum?", tanya Pap
"Mungkin sudah, Pap", jawabku. Mam terlihat sibuk mengeluarkan banyak kotak dari tas besarnya.
"Ini coklat, Zi. Untuk De, Gi, dan Zi", Mam berkata pada Zi. Zi tersenyum lebar.
Mam menoleh padaku,"Ini Mam bawa ayam bakar, rendang, abon, teri kacang pedas, ayam goreng, kering kentang, perkedel, ah banyak pokoknya. Ni taruh di meja sana". Mata Zi terbelalak! Lalu memandangku. Bibirnya bergerak mengucap tanpa suara,"GUSTI". Aku mengangguk pada Zi sambil tersenyum. Wajah Zi cerah sekali walau masih terlihat agak pucat.
Aku menata semua makanan yang dibawa Man dan Pap. Rasanya seperti berada dalam gudang makanan! Hans, beruntungnya kamu..., ada banyak makanan saat kamu datang...
"Zi, badanmu hangat. Sakit sayang?", tanya Pap pada Zi, dan menoleh padaku,"Zi sakit. Sudah dibawa ke dokter?"
"Ya, Pap. Belum. Nanti"
"Semua nanti, nanti, nanti. Zi itu anakmu. Cobalah perhatian padanya", Pap menasehatiku
"Eyaaaaang, Zi ga mau kok ke dokter. Zi sudah sehat. Ada Eyang di sini, Zi sembuh!", kata Zi
Haaaans, putri kecil ini membelaku dengan manisnya...
"Eyang, gendong Zi", Zi merajuk manja
"Eyaaaaaang...!! Sudaaaaah!!! Ziiiii, ini biskuit kesukaan Ziiiiii...!!!", suara teriakan De dan Gi terdengar.
Pap menggendong Zi, dan menerima botol-botol air mineral dalam 2 kantong plastik besar.
"Ayo ikut Eyang semua. Pesan air galon, gas. Mau??", Pap berkata pada De, Gi, dan Zi
"HORRRREEEE...!!! MAUUUUUUU...!!", serentak De, Gi, dan Zi, berteriak kegirangan
"Eyang, Zi digendong sampai mobil ya?", De berkata pada Pap, dan ditambahkan,"Supaya Zi ga kecapean"
"Beres bosssss!!", Pap menjawabMam tertawa melihat de, Gi, dan Zi, yang tertawa.
"Mamaaaa..., pergi dulu yaaaaa...!!", Zi melambaikan tangannya, tapi lalu,"Eyaaaaang, belum cium tangan Mamaaaaa...!"
Pap tertawa. De, Gi, berlari berebut mencium tanganku dan tangan Mam. Pap menggendong Zi, Zi mencium tanganku lama sekali, tidak seperti biasanya. Ah Zi...
Mam dan Pap tidak pernah tau apa yang terjadi di rumah ini. Semua seakan berjalan baik-baik saja. Hans, hmm..., hari ini Hans pulang. Tapi entah jam berapa... Hans, aku tetap di sini menunggumu...
Suara dari luar. Pagar diketok gembok, dan suara klakson mobil.
"Deeee...! Giiii...! Ziii...!", suara teriakan dari luar mengejutkanku.
Aku berlari keluar. Mam! Pap! Tergesa aku membuka gembok, sambil tersenyum. Rindu ini tak tertahan lagi...
"Aaah, kamu kurus sekali...", Mam berkata dan memelukku
"Ya, sini Pap rindu", Pap berkata, lalu memelukku erat
"Jangan diet terlalu keras, sayang. Terlalu kurus bisa sakit. Mana De, Gi, dan Zi? Hans mu?", Mam berkata padaku.
"Mereka masih tidur, Mam. Lelah semalam bercanda"
"Hans juga?", tanya Pap
"Hans nanti pulang, Pap. Ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal"
"Hmm..", ujar Pap
"DOOOOOOORRRRR!!!!"
Mam, Pap, dan aku terkejut bukan main. Tiba-tiba saja De, Gi, dan Zi, muncul berteriak dari balik pintu! Cintaku tercinta..., selalu punya cara unik meramaikan suasana.
"Hahahaha!!!", tawa Pap, lalu memeluk 3 cucu yang juga tertawa-tawa
"Haaaii, mana peluk untuk Eyang Putri?", seru Mam pada De, Gi, dan Zi
Menghamburlah De, Gi, dan Zi, dari pelukan Pap ke pelukan Mam. Indah sekali, indah sekali... Ya, cinta ini indah sekali...
"Pap tolong teh hangat ya", kata Pap padaku
"Gas habis, Pap. Baru semalam habis, juga air galon habis semalam. Belum sempat pesan", ujarku
"Sudah, ga apa-apa. Pap memang menyusahkan. Ini Pap, minum", Mam mengangsurkan botol air mineral pada Pap.
"De, kamu ke warung ya. Beli air mineral botol besar 6. Uh, berat. Minta tolong Mas nya antar aja ya De. Dan kamu boleh jajan apa saja. Ini uangnya", Pap memberi uang pada De.
Warung ada di sebelah rumah kami. Jadi pasti bersedia mengantarkan pesanan.
"Oke Eyaaaaang!", kata De dan Gi. Sedangkan Zi hanya duduk di kursi.
"Jangan pernah menyepelekan makan dan minum. Gas bisa habis, air minum pun habis. Bagaimana sih kamu?", ujar Pap
Zi terlihat ingin menjawab, tapi memandangku yang tersenyum dan mengedipkan mata perlahan, Zi tersenyum dan mengerti bahwa tak perlu menceritakan itu pada Eyangnya.
"Yang jual gas sudah buka belum?", tanya Pap
"Mungkin sudah, Pap", jawabku. Mam terlihat sibuk mengeluarkan banyak kotak dari tas besarnya.
"Ini coklat, Zi. Untuk De, Gi, dan Zi", Mam berkata pada Zi. Zi tersenyum lebar.
Mam menoleh padaku,"Ini Mam bawa ayam bakar, rendang, abon, teri kacang pedas, ayam goreng, kering kentang, perkedel, ah banyak pokoknya. Ni taruh di meja sana". Mata Zi terbelalak! Lalu memandangku. Bibirnya bergerak mengucap tanpa suara,"GUSTI". Aku mengangguk pada Zi sambil tersenyum. Wajah Zi cerah sekali walau masih terlihat agak pucat.
Aku menata semua makanan yang dibawa Man dan Pap. Rasanya seperti berada dalam gudang makanan! Hans, beruntungnya kamu..., ada banyak makanan saat kamu datang...
"Zi, badanmu hangat. Sakit sayang?", tanya Pap pada Zi, dan menoleh padaku,"Zi sakit. Sudah dibawa ke dokter?"
"Ya, Pap. Belum. Nanti"
"Semua nanti, nanti, nanti. Zi itu anakmu. Cobalah perhatian padanya", Pap menasehatiku
"Eyaaaaang, Zi ga mau kok ke dokter. Zi sudah sehat. Ada Eyang di sini, Zi sembuh!", kata Zi
Haaaans, putri kecil ini membelaku dengan manisnya...
"Eyang, gendong Zi", Zi merajuk manja
"Eyaaaaaang...!! Sudaaaaah!!! Ziiiii, ini biskuit kesukaan Ziiiiii...!!!", suara teriakan De dan Gi terdengar.
Pap menggendong Zi, dan menerima botol-botol air mineral dalam 2 kantong plastik besar.
"Ayo ikut Eyang semua. Pesan air galon, gas. Mau??", Pap berkata pada De, Gi, dan Zi
"HORRRREEEE...!!! MAUUUUUUU...!!", serentak De, Gi, dan Zi, berteriak kegirangan
"Eyang, Zi digendong sampai mobil ya?", De berkata pada Pap, dan ditambahkan,"Supaya Zi ga kecapean"
"Beres bosssss!!", Pap menjawabMam tertawa melihat de, Gi, dan Zi, yang tertawa.
"Mamaaaa..., pergi dulu yaaaaa...!!", Zi melambaikan tangannya, tapi lalu,"Eyaaaaang, belum cium tangan Mamaaaaa...!"
Pap tertawa. De, Gi, berlari berebut mencium tanganku dan tangan Mam. Pap menggendong Zi, Zi mencium tanganku lama sekali, tidak seperti biasanya. Ah Zi...
Mam dan Pap tidak pernah tau apa yang terjadi di rumah ini. Semua seakan berjalan baik-baik saja. Hans, hmm..., hari ini Hans pulang. Tapi entah jam berapa... Hans, aku tetap di sini menunggumu...
**********************
Salam Takzim
ReplyDeleteNaluri orang tua memang selalu ada dan tak akan pernah hilang, semoga tidak terdengar sikap Hans oleh Mam juga Pap
Makan kerupuk G̲̣ɑ̣̇̇к̲̣ pake kuah
Masih nunggu ah
Salam Takzim Batavusqu
Ya akang, benerrr bangeeeet... ;)
Deletemakan sagu, silakan menunggu... :D
hihi, ikutan pantun :D
Salam senyum ah ;)