"Ya, itu suratku", kataku dalam hati saat melihat kertas berwarna putih dengan lipatan khas yang tadi aku selipkan di dalam dompetnya. Aku ambil dan aku selipkan di saku bajunya yang kugantungkan di kapstok kamar, sedangkan dia masih mandi.
Suara pintu kamar mandi terdengar dibuka. Dia sudah selesai, pikirku. Akupun bersiap ke dapur, menyiapkan sarapan untuknya.
"Mana bajuku?", dia berteriak dari kamar. Selalu dengan kalimat yang sama, padahal selalu baju untuknya sudah kusiapkan setiap dia mau berangkat kerja.
"Di tempat biasa", jawabku sambil tetap sibuk di meja makan
"Aku ga mau yang ini!", suaranya terdengar berteriak.
Aku tergopoh-gopoh mendatanginya di kamar. Baju yang sudah kupersiapkan untuknya teronggok di lantai, dan surat itu ada di samping baju, terlihat kumal. Ufh, sulitnya mendapat kasihmu, kataku dalam hati. Baju warna hitam kotak-kotak kecil yang kusut di lantai aku ambil, surat yang tadi kuselipkan di saku baju itu kubiarkan ada di lantai. Biar saja...
"Mau baju yang mana?", tanyaku sambil membuka pintu lemari
"Ga usah! Aku wae, aku aja yang milih!", jawabnya ketus. Aku diam dan tersenyum, lalu meninggalkannya yang sedang sibuk memilih baju dalam lemari.
"Ya", jawabku singkat, lalu meninggalkan kamar.
Tak lama sesudah itu dia berangkat kerja, kuantar hingga ke depan pagar dan kututup pagar. Lalu aku masuk kembali ke dalam rumah. Saat hendak membuang sampah dari tempat sampah dekat dapur ke bak sampah di luar, aku melihat secarik kertas kusut tercampur dengan sampah.
Suara pintu kamar mandi terdengar dibuka. Dia sudah selesai, pikirku. Akupun bersiap ke dapur, menyiapkan sarapan untuknya.
"Mana bajuku?", dia berteriak dari kamar. Selalu dengan kalimat yang sama, padahal selalu baju untuknya sudah kusiapkan setiap dia mau berangkat kerja.
"Di tempat biasa", jawabku sambil tetap sibuk di meja makan
"Aku ga mau yang ini!", suaranya terdengar berteriak.
Aku tergopoh-gopoh mendatanginya di kamar. Baju yang sudah kupersiapkan untuknya teronggok di lantai, dan surat itu ada di samping baju, terlihat kumal. Ufh, sulitnya mendapat kasihmu, kataku dalam hati. Baju warna hitam kotak-kotak kecil yang kusut di lantai aku ambil, surat yang tadi kuselipkan di saku baju itu kubiarkan ada di lantai. Biar saja...
"Mau baju yang mana?", tanyaku sambil membuka pintu lemari
"Ga usah! Aku wae, aku aja yang milih!", jawabnya ketus. Aku diam dan tersenyum, lalu meninggalkannya yang sedang sibuk memilih baju dalam lemari.
"Ya", jawabku singkat, lalu meninggalkan kamar.
Tak lama sesudah itu dia berangkat kerja, kuantar hingga ke depan pagar dan kututup pagar. Lalu aku masuk kembali ke dalam rumah. Saat hendak membuang sampah dari tempat sampah dekat dapur ke bak sampah di luar, aku melihat secarik kertas kusut tercampur dengan sampah.
*****
Salam Takzim
ReplyDeleteCoretan yang membuat geram atas perlakuan suami yang egois
Sambil menunggu lanjutan kisah berikutnya
Salam takzim Batavusqu
Salam senyum, pak Batavusqu...
DeleteMakasih dah mau menunggu kelanjutannya...
:)
Pagi-pagi penasaran ne... pengen tau isi suratnya... hihi,,
ReplyDeleteeh mbak Cawi..., surprise loh tau mbak maen ke sini...hehehe, nanti mbak, sabar yaaa... hehehe ;)
Delete