Skip to main content

error,"Maaf Mas, Aku Mencintaimu..."#Episode 17, episode terakhir

"Hai Mas", ujarku pada Mas yang datang ke rumah saat sedang sibuk seisi rumah untuk persiapan esok hari.
 

"Masihkah mengingat gue?"
 

"Ya, aku tak melupakanmu, tapi aku tak mengingatmu"

"Lo lupain gue!"

"Tidak, tak pernah aku melupakanmu sama sekali. Siapa melupakan siapa? Coba kamu bertanya pada dirimu sendiri. Apakah kamu mengingatku? Apakah kamu tidak lupa aku selama ini?"

"Gue ga pernah lupa lo!"

"Who knows?"

"Terserah! Gue ga pernah lupain lo!"

"Ya, tapi kamu tidak menghubungiku. Tidak. Ya, tidak. Aku bukan bayangan yang ada di saat terang dan hilang saat cahaya menghilang. Aku bukan malam juga bukan siang. Aku bukan matahari yang menyingkirkan kabut, aku juga bukan embun yang datang saat pagi lalu hilang saat terang mulai memanggang. Aku adalah seseorang yang ada, aku seseorang yang nyata. Bukan di hati, tapi ada di sini, di hadapanmu, kalau kamu membuka matamu. Tapi kamu menutup matamu dan terus bermain dengan hatimu sendiri. Ada di mana aku? Apakah benar aku ada di hatimu? Tidak, kurasa tidak. Jika aku ada di hatimu, kamu pasti menjaga dan tak kan pernah diam tak perduli. Jika aku ada di hatimu, kamu pasti tau aku adalah manusia yang juga punya hati. Tidak. Aku tidak di hatimu. Mungkin aku cuma ada di saku bajumu, dan dihempas saat bajumu kotor", aku berkata pada Mas. Belum pernah aku berkalimat sepanjang ini padanya, berkalimat panjang menentang ucapan pernyataannya. Ini kali pertama.

"Udah! Gue ga tau lo ngomong apa! Gue ga bisa ngomong sepintar lo!"
 

"Ya, terserah Mas. Aku cuma mengatakan apa yang ada di hati dan pikiranku. Mau mengerti atau tidak, itu bukan urusanku lagi. Tak kan pernah kamu bisa mengerti ,karena kamu cuma tau dimengerti, tapi nol untuk mau mengerti", jawabku dengan tenang.
 

"Bukan, bukan itu maksud gue...", suara Mas melemah.
 

"Entah, aku tidak tau maksud sikapmu yang seakan menjauh. Aku tidak tau maksudmu melepaskanku menikah dengan orang lain. Aku tidak mengerti. Sungguh aku tak mengerti. Aku cuma menerima perlakuan sikapmu tanpa bisa apa-apa. Persis sama sepertimu yang dulu Mas ucap padaku, bahwa Mas tidak bisa berbuat apa-apa walaupun mencintaiku. Ingat? Ingatkah Mas dengan perkataan Mas," Gue mencintai lo, tapi gue ga bisa menikahi lo. Gue beristri. Gue mengikhlaskan lo dengannya. Jika baik untuk lo dan anak-anak, gue ikhlas. Gue ga bisa berbuat apa-apa. Gue tetap menyayangi lo dan anak-anak ", ujarku sambil menirukan ucapan yang pernah diucap Mas padaku.
 

Kulihat wajah Mas mengeras, tapi ada airmata hendak turun mengalir dari matanya. Ah Mas...
 

"Maaf, lo mau memaafkan gue?"
 

"Aku memaafkanmu, Mas, karena itu aku memilih untuk menikah dengan yang lain. Aku mengikhlaskanmu untuk pergi dari hidupku. Aku mengikhlaskanmu menghilang dari kehidupanku. Aku mengikhlaskanmu tidak bersemayam dalam hatiku. Aku akan menikah, dan aku menyayanginya seperti dia pun menyayangiku. Aku dilindungi olehnya, dan aku benar terlindung. Dicintainya aku, dan aku merasa cintaku pun sudah seharusnya untuknya. Tak perlu meminta maaf padaku, Mas. Akupun tak kan lagi meminta maaf padamu. Cintaku utuh miliknya, calon suamiku, yang memang benar akan menjadi suamiku. Doaku untukmu, bahagia selalu, Mas. Bersahabat adalah hal terindah untuk kita. Ya, kita. Aku, calon suamiku, juga Mas. Bukan hanya antara aku dan Mas, tapi juga dengannya...", ucapku pada Mas.
 

Kulihat mata Mas meredup. Kuambil tangannya, kugenggam erat dan berkata," Aku ada sebagai sahabatmu. Ya, aku sahabatmu. Aku menikah esok, datanglah kalau sempat. Aku dan dia adalah sahabatmu. Ya, kami sahabatmu"

"Ya, tutup cerita tentang kita, Mas...", tambahku dalam hati.


                                    ***********************



Comments

  1. Salam takzim
    Tak teras menetes air mata ini, begitu mulia dia, andai saja
    Salam Takzim Batavusqu

    ReplyDelete
  2. kunjungan perdana, nyimak dulu sob

    ReplyDelete
    Replies
    1. yuup silakan... ini episode terakhir, episode ke 17. Kalau mau tau cerita sebelumnya, bisa dilihat di catatan panjang ;)

      Delete
  3. sungguh bisa ya mbak tutup cerita ?
    semoga memang bisa...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...