Skip to main content

error berkata,"Imajinasi ayooo bergeraaaak!!!"

Rasanya dari kemarin tuh ga punya ide untuk nulis. Ga ada ide, ga ada waktu, ga mood, ga ga ga... Banyak ga deh untuk nulis. Demam yang ga hilang-hilang dari badan juga jadi kambing hitam, padahal enakkan sate kambing ya daripada kambing hitam. Wah rasanya benar-benar ga banget!


Ngetest orang adalah kerjaan yang memang jadi job desc di kantor, dan itu gue jalanin sambil menahan meriang yang ga kunjung usai. Lemas, panas, tapi harus tetap semangat. Haduh, pas mau menulis, dah ga punya daya... Di otak kosong...


Hari ini niat mau nulis. Ada beberapa draft yang terbengkalai ga diselesaikan, tapi yang ada gue cuma bengong aja liatin tuh draft. Hedeeeh..., kemana imajinasi yang biasa jalan-jalan? Mana imajinasi yang biasa berkeliaran? Hilaaaaang...! Parahnya, badan juga mendukung untuk diam ga banyak bergerak, maunya tidur karena masih menggigil. Hweeh...


Tadi anak gue asik di depan lepi, dan gue dengan tampang memelas memohon untuk,"Gantian mama dooong... Mama mau nulis niiih". Eh ga mempan! Tetap aja asik di depan lepi edit foto lewat photoshop. Hmm.., akhirnya dengan gaya yang tegas, eh tegas apa galak ya, kayak petugas trantib gitu deh gue,"Minggirrrrr....". Hahaha, berhasil! Anak gue ketawa dan minggir dari lepi. Tapi lah kok di depan lepi gue cuma bengong... Ga banget deh gue.


Sekarang, gue masih di depan lepi, berusaha melecut imajinasi supaya bergerak, dan ga stuck di tempat. Malu sama anak, dah pake gaya trantib, ternyata cuma diam tanpa hasil karya. Haha, emak arogan gini kali ya...


Gue mau menenangkan diri, menggubrak-gubrak imajinasi..!



Salam Senyum,
error
  

Comments

  1. Ehem..padahal ini lagi jadi trantib ups yang benar lagi mebajak lapi, tapi masih bisa berkreasi dan berimajinasi :)

    Semoga cepat sehat, mbak dan semoga Imajinasinya lewat depan rumahnya, kalau lewat saya nitip ya, Mbak # hadehh komen opo iki :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe...
      amin..., ya moga2 sehat pulih cepet n ni imajinasi bisa nempel di otak. nanti kalo ada aku bilang ada salam gitu ya dari kamu... hehehe :D

      Delete
  2. Waaah... emang kalau udah jago nulis pas lagi gak mood pun tetep bisa berkarya yaaa.. :D
    Apalagi udah berkeluarga + punya kerjaan dikantoran pulak..
    Hmmm,, ntar saya bisa juga gak yaa seperti itu?? Hehehe.. ^_^

    Salam kenal Mbak Nita..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wedew... ini bukan jago sih, betina. Hehe... :D
      Nulis akhirnya jadi tempat curcol, jadi tempat tumpahan suara otak aja.
      Wah kamu pasti lebih hebat, jauh lebih hebat. Percaya deh, kamu pasti sukses.

      Salam kenal juga, salam senyum... :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...