Skip to main content

error tentang,"Bahagia tanpa langsing"

Tau ga, sewaktu teman-teman gue pada senang jadi langsing karena puasa, gue manyun semanyun-manyunnya... Hiks, makan dah dikiiit, ngemil juga ga, eh ni berat badan masiiiih aja setia dengan ke-atletisannya... Hiks lagi, gue ga jadi langsing. Waktu menimbang berat badan, hiks lagi ah.., timbangan berat badan yang bukan digital itu, yang modelnya masih menggunakan jarum itu menjadi hal yang hih, hal yang menyedihkan sekali untuk gue. Tuh jarum ga mau geser dikiiit aja ke kiri! Hiks lagi-llagi hiks, jarumnya tetap di tempat yang sama dengan sebelum puasa.


Tau ga... aktivitas gue sama seperti waktu ga puasa loh. Naik turun tangga di kantor dengan gaya lariii...!! Masih juga nyempetin push up dikit. Hehe, jujur nih ya, agak berat push up sekarang, mungkin karena gue dah tua dan ndut ya? Oops, ga ah, gue bukan ndut, tapi seksi yang tertunda. Hahahaha!!




Tipe badan gue tuh atletikus. Di hasil MCU juga tertulis tipe gue itu atletikus. Menurut bos gue,"Jangan macem-macem sama mbak Nita. Digibeng kamu nanti. Atletikus dia tu". Hahaha. Dan bos gue juga terkaget-kaget waktu gue mengeluh,"Ufh, males banget aku akhir-akhir ini untuk push up". Mimik mukanya yang,"Haaaah??? Push up???". Hwehehe!!!


Tapi yang jelas saat ini. Timbangan badan yang ada tetep aja ga geser jarumnya! Masih teringat teman di kantor yang ramai cerita,"Eh, gue dong turun 2 kg!", dan ditimpali,"Gue turun 5 kg". Dan masiiih ramaaaaaaaaai yang turun-turun tuh berat badannya karena puasa ini. Sedangkan gue? Terbengong-bengong di atas timbangan setiap kali menimbang badan. Satu ons aja ga turun! Setengah ons deeeh, plissss... teteeep juga ga turun! Padahal puasa dah berjalan lebih dari setengah Ramadhan. Yang gue geli, ada yang nyeletuk,"Lo puasa ga sih? Masih sama aja badan lo, ga jadi kurus". Dan juga ada yang konyol,"Gue curiga lo ga puasa. Masa sih masih aja bunderrrr!!". Wahahaha!!


Entah karena menyerah, entah ga perduli, pada akhirnya gue mengambil keputusan, biar aja deh badan gue begini. Ga turun berat badannya ga apa-apa. Daripada gue pusing gara-gara mikir kenapa orang jadi pada langsing dan gue ga bisa langsing, mending gue senyum aja, ketawa aja. Berbahagia saat orang bisa menurunkan berat badannya, berbahagia saat teman gue berhasil program dietnya di waktu puasa ini, dan terus tersenyum saat jarum timbangan ga bergeser ke kiri pertanda berat badan gue ga turun juga. Berbahagia saat orang lain mencapai tujuannya adalah satu keindahan yang terkadang tersingkirkan karena kita sendiri ga bisa mencapai hasil yang sama dengan orang lain. Dan gue? Berbahagia dengan badan atlletikus ini, yang ga perlu bingung harus bisa turun berat badan, karena sudah diwakili teman-teman yang turun berat badannya. Gue push up dan sit up aja lagi... Hehehe...


Salam senyum penuh cinta,
error
    

Comments

  1. Langsing gtu ahhhh....

    ReplyDelete
  2. lam kenal mbak,

    Badan bagus gitu ach mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal juga...
      hwehehehe... atletikus, ga langsing. ga tau nih ga bisa melangsing

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...