Skip to main content

error,"Ada pete di cerita puasa waktu kecil"

Sewaktu kecil bulan puasa itu antara senang dan ga senang. Senang karena bisa ada banyak jajanan dan diperbolehkan jajan, juga diperbolehkan keluar rumah sehabis waktu Maghrib. kebetulan rumah kami dulu di kompleks yang padat rumah, dan banyak gang-gang. Tetangga-tetangga lumayan banyak yang berjualan. Ga senangnya karena ada keinginan puasa, tapi selalu tergoda oleh masakan rumah yang hmm...!


Dulu gue tuh kecil dan kurus, kurus banget. Tapi kalau makan banyaaak..! Bukan cacingan loh ya, biarpun pernah sekali cacingan gara-gara minum air mentah, dan dengan santainya tuh cacing keluar dari maaf, "lubang akhir sesudah pencernaan". Hahaha!! Masalah makan, gue seorang yang pemilih sewaktu kecil. Ugh, kalau anak gue model kayak gue dulu, wew.., bisa kribo otak gue. Makan memang banyak, tapi cuma untuk yang gue suka. Padahal banyak yang ga gue suka. Daging ayam kalau warnanya ga putih, gue ga doyan, paha ayam gue ga suka, telor ceplok kalo kekeringannya ga pas, gue bisa muntah. Susahnyaaaa...!!! Tapi sama yang namanya petai alias pete si buah bau itu, aiiih maak.. gue suka banget!! Mentah atau ada dalam masakan, gue makan sampai habis.


Di rumah sering ada pete. Ga tau karena mama tuh orang sunda yang suka lalapan atau karena memang pete itu dulu gampang dicari di pasar, rasa-rasanya pete itu hampir selalu ada. Eh jangan-jangan karena itu sebagai obat nafsu makan untuk gue kali ya?? Yang jelas tuh pete ada di kulkas dengan tenang setiap saat.


Sehabis makan yang ada unsur pete, gue biasanya langsung sikat gigi. Pete memang oke bangeeet, tapi harumnya juga waaaw sekali...! Ada satu kejadian kecil yang bikin gue menyesal ga sikat gigi seudah makan pete. Itu duluuuu..., duluuuu sekaliii..., mungkin 36 tahun yang lalu.




Siang-siang di hari puasa benar-benar bikin gue lapar. Tapi kan ga boleh makan, gue puasa. Sebenarnya sih mama memperbolehkan gue untuk puasa setengah hari. Cuma aja gue gengsi, tetangga gue bisa puasa sehari penuh! Gue terseok-seok ngikutin tetangga gue puasa sehari penuh, tapi lumayan berhasil, biarpun banyak setengah harinya. 


Lapaaarr...!! Setelah gue lihat di atas meja ada telor ceplok yang agak keriting karena kering, dan saat itu gue ga pengen bangeeet, gue intip kulkas. Ada buah-buahan di sana. Tapi gue ga berminat sama sekali. Hmmm... di antara buah-buah dan sayuran yang terhampar dengan indahnya di kulkas, ada beberapa papan pete tersenyum ke gue. Alamaaaak peteeee...!!! Gue tau pete itu bau, habis makan ya bau. Bukan salah gue kalo akhirnya pete itu gue makan. Dikit kok, cuma beberapa mata pete, itu pikiran gue. Enaaak bangeeet makan pete dingin. Lebih oke dibanding apel atau jeruk dingin yang ada di kulkas! Tapi ternyata mama memanggil gue. Biasaaa, mama tuh pinter banget menjahit baju. Jadi setiap puasa begini mama selalu menjahitkan gue baju baru untuk lebaran, dan gue selalu dipanggil untuk fitting baju. Gue langsung lari ke arah mama yang memanggil gue sambil teriak,"DALEEEEEEEM...!!!", yang artinya "saya" dalam bahasa jawa.


"Cobain dulu Nit bajunya", kata Mama


"Iya Ma", jawab gue


Mama diam, lalu tertawa. Gue cuek aja, gue sibuk dengan baju baru yang gue coba. Eh Mama memanggil gue untuk mendekat, lalu berkata,"Jangan lupa puasa, pete-nya juga puasa"


Hahaha..!! Wangi pete tercium jelas ternyataaaa... Dan puasa gue sukses sampai di siang itu aja, karena gue disuruh makan sama Mama. Petenya?? Boleh untuk lalapan siang itu...


Salam Senyum,
error





Comments

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...