Skip to main content

error dan ketika semua berakhir di awal doa...

Doa ini diucap olehku saat kamu memintaku berdoa untuk kita. Agar menjadi baik. Aku mengucap doa dengan sungguh-sungguh, dengan hati yang siap karena kamu memintaku juga dengan sungguh-sungguh. Sebuah doa yang kupikirkan dengan baik, apakah doa ini benar untuk dimohon pada GUSTI...


Aku menangis saat membaca pesan darimu lewat ponsel tadi. Dan tak mengira bahwa itu adalah pesan untukku dan itu adalah darimu, orang yang memintaku berdoa dengan sungguh-sungguh untuk hal yang kita jalani. Sebuah jawaban indah, yang menyatakan ingin hidup sebaik-baiknya, dan itu berarti menjauh dariku. Sebuah pukulan telak memaksa rasa untuk mati seketika. Rasa yang kujaga sebaik-baiknya meluruh dan mengalir basahi mata, genangi hati.


Perih terasa di hati dan merusak semua daya yang kupunya. Tak pernah kamu tau bahwa kalimat pesanmu membunuhku dengan manisnya... Menghancurkan semua binar-binar yang kusimpan, membombardir semua rasa, merobohkan rasa yang indah terasa dalam waktu yang dibina bersamamu. Aku menangis sendiri, tanpa pernah kamu tau. Malah mungkin kamu tak pernah mau tau itu.


Doa yang kuucap untuk kita ternyata dijawab dengan manis... Semua berakhir saat aku memulai doa ini... Doa yang mungkin seharusnya diucap jauh hari sebelum rasa untukmu semakin membesar... Ah, ternyata semua berakhir saat ada di awal doa...



Salam Senyum, Bahagia Selalu,

error



Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...