Skip to main content

error,"Pink, mama cinta Pink"

Hari pertama Pink menutup puasanya di saat Maghrib. Sama seperti yang lain, Pink ingin berpuasa walaupun Pink dalam kondisi yang beda dengan yang lain. Auto imun benar-benar membuat kondisi Pink berbeda. Fisik Pink jauh lebih lemah dibanding sebelum auto imun hadir dalam tubuhnya.


Gue memandang Pink dengan takjub setiap kali. Semangatnya luar biasa. Saat lemahnya, Pink tetap menunjukkan kekuatan yang indah. Semangat, ya kekuatan semangat untuk terus melangsungkan hidup dengan maksimal.


Dokter dan alternatif, dijalani dengan tenang. Obat-obatan kimia dan herbal juga yang di luar nalarpun dilewati dengan senyum. Indah semangat Pink.


Ada banyak kagum dalam hati pada Pink yang masih terus bergulat dengan auto imun-nya. Pink yang harus selalu berjuang untuk tetap bisa menjalani hidup dengan baik, dan menikmati hidup tanpa dipengaruhi sakit saat imun menyerang organ-organnya sendiri. Rasanya ingin menendang keluar auto imun dari tubuh Pink, menggantikannya dengan imun yang bisa bekerja dengan baik. Seringkali menahan airmata agar tak turun mengalir saat memandang tubuh kurusnya berjalan terengah-engah. Argh!


Bersyukurlah saat flu, karena flu tidak menjadi hal buruk yang lain. Pink pernah menjadi lumpuh karena virus flu menyerangnya. Bersyukurlah saat sakit dan ada obat yang bisa menyembuhkan, karena tidak ada obat yang bisa mneyembuhkan Pink. Bersyukurlah bisa lelah saat berbelanja, Pink pingsan saat baru tiba di tempat perbelanjaan.


Pagi ini di hari ke-2 puasa, ada syukur atas semangat yang diberi GUSTI pada Pink... Sehat ya cintanya mama... Pulih ya cintanya mama... Amin...


Salam Senyum,
mama error



Comments

  1. Selamat berpuasa mbak Nita, salam untuk seluruh keluarga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Met berpuasa juga mas Djaw..., makasih...
      Salam senyum dari aku dan anak2 :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...