Skip to main content

error tentang,"Jendela kayu... BRAAAAk!!!"

Ada satu keinginan gue yang masih gue simpan sampai saat ini, yaitu mempunyai rumah dengan jendela kayu, tanpa kaca, yang bisa dibuka lebaaaar. Sepasang jendela kayu yang dibuka ke kiri, dan ke kanan, hingga angin bebas masuk dalam ruangan. Jendela sederhana, bukan, bukan jendela mewah! Tapi jendela sederhana itu masih sebuah keinginan yang mewah untuk gue, karena rumah yang mau dikasih jendela tuh gue belom punya. Haha...

Ingatan gue kembali ke masa kecil gue sewaktu tinggal di daerah lumayan dingin pinggir Jakarta. Rumah warna krem yang berhalaman lumayan luas, mempunyai sepasang jendela kayu yang bisa dibuka ke kiri dan ke kanan, braaaak!! Udara bebas masuk kamar gue. Sewaktu belum diteralis, gue sering duduk di jendela. Asyiiik banget! Sampai akhirnya bapak memutuskan,"Teralis. Semua dipasang teralis. Aman, dan juga supaya anak perempuan yang satu ini ga duduk nangkring di jendela". Braaaak!!! Rasanya hati gue terkaget-kaget. Jendela diteralis, gue ga bisa duduk nyantai di jendela sambil baca buku. Tempat nangkring pindah ke pohon jambu dan atas genteng setiap hari. Dua tempat ini ga bisa diteralis pastinya. Haha..! Tapi tetap aja gue suka jendela kayu itu.

Jendela kayu itu tergambar jelas di ingatan gue. Gue pengen punya jendela kayu kalau nanti gue punya rumah. Ga tau kenapa ingatan tentang jendela kayu itu begitu mendalam di gue. 

Dulu, pagi-pagi gue buka jendela kamar yang berselot itu. Braaaak!! Sambil ketawa setiap paginya. Lalu jendela itu ditahan dengan sangkutan besi, ga tau apa namanya tuh sangkutan. Gue hirup udara pagi sambil tetap nyengir. Gue diam sebentar, habis itu gue lari keluar. Ga tau kenapa, setiap pagi rasanya itu adalah hal indah yang wajib gue sambut.

Memasuki Maghrib, gue tutup jendela sambil nyengir. Ga tau kenapa hobi banget nyengir ya gue niih... Sewaktu menutup jendela gue merasa hari sudah mulai akan berakhir. Gue cepat-cepat ambil buku di rak buku besar yang dulu ada di kamar gue. Gue asyik dengan itu semua. Setelah siang bertengger di atas pohon jambu atu di atas genteng, atau bisa juga gue sibuk keliling daerah tempat tinggal gue dengan sepeda mini yang gue punya, mulai malam hari kesibukkan membaca buku itu jadi hal indah. Padahal pas di atas pohon dan di atas genteng juga di sepeda tuh buku selalu ada untuk gue.

Jendela, ya jendela. Dengan begitu banyak cerita hidup yang ada, sepasang jendela kayu itu yang gue ingat dan inginkan di hidup gue... Jendela kayuuuu..., BRAAAAk!!!!


Salam Senyum,
error




Comments

  1. jendela'e ga usah dipasang mba... biar nyengir teruz :) lanjutkan mneyengirnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... nyengir sambil liatin jendela ya mas... Hehehe :D

      Delete
  2. aku ndak ngerti kata "braaakkk" itu artinya apa? ._.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ngebuka kenceng-kenceng, dan jendela terbentur tembok hingga berbunyi BRAAAAKKK!!! Hehehehe :D

      Delete
  3. main ke tempatku sob.
    masih banyak yang memiliki jendela kayu hehehe.

    semakin terbukanya internet yang membuka jendela dunia, jendela kayu tersisihkan. Btw itu adiknya atau anaknya sob?

    ReplyDelete
    Replies
    1. weh...aku seneng banget sama jendela kayu gitu... mantaaap!
      biarpun jendela dunia terbuka, rasa-rasanya jendela kayu tetep ga terkalahkan deh... hehehe


      itu anak yang nomer 2, mas :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...