Skip to main content

error bercerita,"Sebuah keputusan"





"Maafkan aku jika cintaku berharap bisa memilikimu... Maafkan aku jika cintaku berharap bisa terus bersamamu... Maafkan aku jika cintaku membuatmu resah juga gundah... Maafkan aku jika cintaku hanya menjadi duri dalam hidupmu...", ujarku


"Jangan membuatku jadi merasa bersalah. Jangan memojokkanku. Ini cuma sebuah cerita hidup, bisa berakhir kapan saja di titik yang kita tidak tau", telingaku menangkap suaramu yang agak gemetar.


Aku cuma diam, memandang langit yang gelap, menghitung bintang yang bertebaran. Aku tak ingin menjawab sedikitpun perkataanmu. Biar saja menjadi teman angin yang berlalu. Aku tak ingin menjawab, tak ingin menjawab!


"Sudah bosankah kamu mencintaiku?", tanya suaramu padaku. Dan lagi-lagi aku tak ingin menjawabnya. Aku sedang menikmati indahnya malam...


"Sudah siapkah kamu meninggalkanku? Aku sudah kuat jika kamu tinggalkan", suaramu memecah malam lagi.


Aku agak terkejut dengan pertanyaan dan pernyataanmu. Hmm, kamu sudah siap jika kutinggalkan. Berarti selama ini aku cuma harus ada di sisimu hingga kamu siap ditinggal, sedangkan kamu tak perduli dengan apa yang ada di hatiku... Yang ada dalam pikiranmu hanya tentangmu, tak ada aku... Argh, betapa bodohnya aku selama ini, mengira bahwa ada aku dalam hidupmu. Tidak sedikitpun kamu mempertahankan keberadaanku. Sedih menyergap tiba-tiba. Menggigil aku karena duka yang menghantam.


"Jawab, aku butuh jawabanmu", ujarmu lagi


Aku menoleh padamu, dan memandangmu dengan cinta dan pilu. Sungguh aku mencintaimu dengan sepenuh hati, aku menyayangimu tanpa menuntut apapun. Tapi apakah salah jika aku ingin memiliki dan dimilikimu olehmu? Salah, ya salah.., karena sedikitpun kamu tak ingin membawaku dalam hidupmu. Mataku melumat matamu habis. Tak terbayangkan di sana ada sebuah ketidak acuhan tentang keberadaanku. Lalu aku menghela nafas dalam karena sesak menyerangku. Ingin menjerit, berlari dari hadapanmu, dan menghilang tak kembali. Tapi suara tenang mengagetkanku yang datang dari mulutku...


"Aku tak kan meninggalkanmu, tapi jika kamu sudah kuat kutinggalkan, baikah, aku putuskan menghilang dari hidupmu. Aku tak akan pergi meninggalkanmu, tapi jangan menghubungiku. Aku tak akan menghapus semua cerita tentang kita, tapi jangan pernah mengingatkanku tentang itu. Selamat jalan, aku tetap ada di sini. Jangan menoleh padaku, walau aku tetap ada di sini untukmu. Selamat jalan, bahagia selalu untukmu. Aku tak akan melupakanmu, tapi juga tak 
akan mengingatmu... Selamat jalan, doaku ada selalu untukmu...", ucapku, lalu menjabat tanganmu erat dan melepaskannya. Dan kamu terdiam...


Malam makin gelap, bintang mulai hilang karena akan hujan. Dan saat hujan mengguyurku, airnya menyamarkan tangisan yang keluar dari dalam hatiku...


          ****************************************************** 



Comments

  1. tidak melupakan dan tidak juga melupakan,
    ach aku jadi teringat dengan kalimat ini..entah kapan..ingatanku sudah tergerus dengan waktu yang berlalu....nice story :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, waktu terus bergerak dan menimbun kenangan demi kenangan...

      makasih mas :)

      Delete
  2. Replies
    1. hehe..., kanjeng harie ga boleh bosaaaan... :)

      Delete
  3. sik dech kalau malam uda makin gelap, bisa bobo

    ReplyDelete
  4. Terjadi kontradiksi antara aku tak akan melupakanmu tapi juga tak akan mengingatmu. Ini bagaiamana maksudnya ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. tidak akan melupakan maksudnya akan tetap ada dalam ingatan, dan tidak akan mengingat maksudnya tetap ada dalam ingatan, tapi tidak mengingat-ingat. Maksudnya gitu mas... :)

      Delete
  5. nampaknya memang sang penulis ini orangnya romantis dan puitis abiez :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hwehehe... gitu ya?? makasih udah ngasih tau aku. coz aku juga ga tau kalo aku tu romantis puitis...hehehe :D

      Delete
  6. Replies
    1. Hnah justru ga galau tuh om dege... justru keputusan akhir bisa diambil dengan cepat dan tepat sama si tokoh. ga galau lagi malahan... hehehe :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

error bercerita tentang "SIM dan Aku"

Oktober 2007 pertama kali aku mengurus pembuatan SIM. Sebelumnya pergi kemanapun tanpa SIM. Almarhum suami tanpa alasan apapun tidak memberi ijin membuat SIM untukku, tapi dia selalu menyuruhku pergi ke sana dan ke sini lewat jalur jalan raya yang jelas-jellas harus memiliki SIM. Sesudah suami meninggal, aku langsung mengurus pembuatan SIM lewat calo. Cukup dengan foto copy kTP dan uang yang disepakati. Tidak ada test ini dan itu. Hanya foto saja yang tidak bisa diwakikan. Ya iyalah, masa foto SIM-ku itu foto wajah bapak berkumis! Hanya sebentar prosesnya, dan tralalalala, SIM sudah di tangan. Kemanapun pergi aku selalu membawa SIM di dompet, tapi tidak pernah tahu sampai  kapan masa berlakunya. Bulan April 2013 kemarin aku baru tahu ternyata masa berlakunya sudah habis. SIM-ku kadaluwarsa! Haduh, kalau SIM ini makanan, pasti sudah berbau, dan aku keracunan! Untung sekali SIM bukan makanan.   Lalu aku putus kan  membuat SIM baru, b ukan perpanjangan,  karena S...