Skip to main content

error dan catatan lama,"GUSTI,luka ini begitu indahnya..."


Ada saat dimana gue merasa ga lagi bisa berbuat apa-apa. Jangankan bertindak, mengucap kata pun ga mampu lagi. Dan yang gue lakukan adalah menulis. Sewaktu belum ada fasilitas komputer, lepi, gue selalu ditemani kertas dan pulpen atau pensil. Gue tulis di situ. Apa yang ada di otak, apa yang dirasa hati. Gue tulis semua bukan dengan bahasa indah, tapi dengan bahasa jujur. Gue ga bisa menuliskan dengan kalimat yang indah. kalimat yang ada adalah kalimat yang diucap hati, jujur... Ini salah satu tullisan gue yang ditulis 9 Juli 2011, pukul 4.34 pm. Gue tulis ulang, dan sedikit revisi. Ini gambaran tentang gue, dan memang inilah gue yang berusaha menulis dengan bahasa jujur, bahasa hati...

"ditulis dan diulang July 9, 2011 at 4:34pm"

GUSTI,luka ini begitu indahnya...

terkapar di sini
lunglai tak bertulang
jangankan menjerit
mendesah pun tak lagi mampu

inginnya merobek hari
lalu membuangnya ke tong sampah!
mencabut cengkeraman yg melukai
lalu menggulungnya dengan ombak seluruh samudera
dan
menghempaskannya di karang tajam yg diciptakan utk hati
menghapus,
membakar habis,
membanting sisa debu yg tersisa..!

tapi
tak dilakukan...
karna percaya padaMU
yang selalu mengasihi dengan hangat
yang mencintai dengan setia...
indah pada waktu yg telah KAMU janjikan...
ah, ampuni aku...

daya ini pasti akan pulih
senyum ini takkan pernah hilang
luka adalah biasa
lu
ka adalah proses pendewasaanku
ah GUSTI,
luka ini begitu indahnya... 

ya, begitu indahnya...

-nita dan henink dan terpekur dan tersenyum-



Comments

  1. saat kata tak mampu terucap, maka tulisanpun adalah penggantinya..
    sip, keren... ^_^



    oh, iya, tak lupa juga mau ngabari bahwa blog satu ini dapat award...
    selamat, anda adalah salah satu blogger baru yg mendapatkan award dari saya, silahkan dicek awardnya... ^_^

    http://shadowz-space.blogspot.com/2013/08/11-yang-menyusahkan.html

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe, makasiiih...
      juga makasih awardnya... hihihi...

      Delete
  2. indeed, I felt the character "aku", in the story "Maaf mas, aku mencintaimu" was me.

    termasuk soal tanggal 9 juli diatas...
    dan "mas ku" juga sdh bc semua cerita mbak nita...

    salam kenal...

    ReplyDelete
  3. @anonymous, Speechless..., mbak...
    semoga bahagia selalu, amin :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...