Skip to main content

error bercerita,"Halusinasi"

Bukan sosok yang sempurna mungkin menurutmu. Tapi dia adalah sosok yang kucari selama ini. Seorang laki-laki yang memberiku rasa aman, terlindungi, dan membuatku nyaman. Dia, calon suamiku.


Siapa bilang harus sempurna? Aku tak butuh sosok sempurna! Dia memiliki emosi yang indah. Amarahpun di miliki selain rindu yang disimpannya di hati dan dipersembahkannya untukku. Indah, dan memang indah. Dengan warna yang berpelangi yang dia tebar untuk hidup. Beragam cerita ada di antaraku dan dia, dan dia memiliki begitu banyak cinta yang kuharapkan selama ini.


Dengan tubuh besarnya dia mampu mengangkatku tinggi-tinggi, dan dengan cinta yang besar dia mengangkat hatiku lebih tinggi dari langit! Senyumnya bukan senyum menggoda, dia bukan penggoda sepertimu! Ah memang dia berbeda denganmu ataupun dengan yang lain. Dengan tawanya yang datar, dia mampu menggetarkan dinding jiwaku yang kosong.


Cuma dia yang mampu membentengiku dari hal buruk yang datang dari dalam diriku sendiri. Aku punya keinginan untuk pergi tanpa tujuan. Dia mampu membuatku tak beranjak dari sini. Tak pernah melarangku, tapi cukup dengan kata-kata,"Gue ga ngelarang", dan aku surut dari niatku.


Rengkuhannya yang kuat membuatku aman dalam dekapannya. Tatapan matanya membuatku menunduk. Tak ada satu orangpun berani berbuat itu padaku. Tatapanku jauh lebih tajam dibanding mereka juga kamu. Tinjuku lebih keras memukul dibanding tangan yang siap merengkuh!


Dia calon suamiku, yang selalu ada setiap kali ada saat kumembutuhkan hadirnya. Dia calon suamiku yang menenangkanku saat resah, gelisah, gundah menghantam jiwaku. Ya, dia calon suamiku yang amat mencintaiku dengan tulus, tidak sepertimu!


"Ayo, kembali ke ruangan", sentuhan halus di pundakku dan suara tenang membawaku kembali ke dunia nyata. Aku berjalan kembali ke ruangan tempatku beristirahat. Dan kulihat bayangan samar calon suamiku tersenyum di ujung nyata dan khayal melambaikan tangan padaku.


"Jangan melamun lagi, supaya kamu bisa berkumpul lagi dengan orangtua dan kakak serta adikmu di rumah. Rumah sakit jiwa ini biar saja menjadi tempat singgah sementara untukmu", suara perawat halus masuk dalam telingaku...



                                         ***********


Comments

  1. Saya jadi tersanjung hix...
    Mantap
    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
  2. cukup puitis juga bahasanya.
    nice..
    follow balik juga yah :)

    ReplyDelete
  3. ternyata sedang halusinasi.
    itu pasti depresi karena calon suaminya dulu ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. karena keinginan punya suami seperti itu, dan ga menemui orang yang seperti itu malah bertemu dengan orang yang amat berbeda sifat dan sikapnya, membuat sang tokoh stress, depresi, berhalusinasi, dan akhirnya masuk rsj setelah bertambah parah, mas

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...