Skip to main content

error tentang,"Stempel di kening, mau?"






Hadapi Dengan Senyuman_Dewa
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja

Bila ketetapan Tuhan
Sudah ditetapkan, tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah

Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang

Wehehe, ini pertanyaan serius nih, mau ga keningmu distempel? Pasti jawabannya,"Ga mauuuu...!!", atau,"Ogaaaah!!", atau bisa juga,"Enak aja sembarangan!". Hahaha, tapi banyak loh yang dengan suka rela dan suka cita (?) ikhlas menyetempel (eh, menyetempel atau menstempel ya bahasa EYD yang benar?) keningnya sendiri. Dan dengan rela dibaca oleh semua orang tulisan stempel di kening itu. Ngomong-ngomong tulisan apa ya yang ada di kening itu?

Banyak banget tulisan stempel kening tuh. Banyaaak banget. Waktu itu ada teman yang mukanya jelas banget tanpa senyum, padahal dia biasanya tertawa-tawa. Semua orang bisa baca stempel di keningnya,"GUE LAGI MARAH!". Ada lagi teman lain yang hari itu nyanyi-nyanyi kecil sepanjang hari, dan bisa dibaca di keningnya,"CIHUI, BAHAGIA MAAAk!!". Banyak macamnya kan? Pasti kita juga suka atau bahkan sering menyetempel kening kita di keseharian yang kita punya.

Ga masalah mungkin kalau stempel itu tulisannya oke dan bikin adem dan di situasi kondisi yang pas. Nah kalau kata atau kalimat stempelnya itu menyeramkan atau menyedihkan dan ada di situasi kondisi yang salah, gimana hayooo... Di situasi berduka, kita menyetempel kening dengan,"GUE BAHAGIA BANGET!!!". Wah, berabe..., bisa salah paham. Sewaktu diwawancara untuk pekerjaan baru menyetempel,"BETE!!". Wah, ancurrrr dah! Terusssss.., gimana dong?

Susah mungkin ya menyembunyikan stempel di diri kita. Tapi kita memang harus bisa sesekali menyembunyikan stempel itu. Setiap kali stempel kening, stempel lagi, lagi dan lagi, pada akhirnya semua orang bisa membaca tentang kita cuma dari kening berstempel. "AWAS JANGAN DEkETIN GUE. GUE LAGI MAU GIGIT ORANG". Wahahahaha!!!

Gimana, masih mau menyetempel kening? kalau ga mau, ya berusaha untuk bisa stabil emosi. Marah? redakan saat itu juga. Bete? Buang jauh. Bahagia? Ya ga apa-apa, tapi jangan terlalu berlebihan. Gila aja, meredakan marah, buang bete, bahagia ga berlebihan, stabil emosi. Emangnya bisa? Ya bisa. Mulai sekarang yuk sama-sama belajar untuk bisa menerima setiap kejadian dalam hidup dengan tenang. Semua yang ada adalah terbaik dari GUSTI ALLAH. Mensyukuri apa yang ada. Tersenyum. Susah? Ga ah, ga susah. Ga sendirian kok, gue juga lagi belajar untuk ga menyetempel kening gue... kalaupun iya menyetempel, gue berusaha ada di saat yang tepat... Yuuk, ga pengen menyetempel kening setiap saat kan???

Salam senyum penuh cinta,
error


Comments

  1. wajah jendela hati, xixi. Kalo hati gak sreg pasti munculnya mendung

    ReplyDelete
  2. hihi... sekarang belajar ga membuka jendela setiap saat, mbak... hehe... yuuk bareng-bareng sama aku berusaha :)

    ReplyDelete
  3. Saya paling nggak bisa menyembunyikan perasaan hati sob. Kalau lagi marah, raut wajah kelihatan. Kalau lagi seneng juga kelihatan. Apalagi kalau lagi jatuh cinta, muka merah padam hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Huwahahaha...!! Jadi pengen liat sekarang lagi stempel apa yaaa di keningnya mas HP Yitno :D

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...