Skip to main content

error dan ingin... saat amarah datang...

Mau tau yang gue ingin lakukan saat ini? Ada di atas motor dan mengendarainya sekencang mungkin di bawah derasnya hujan yang basahi jalan, tanpa jas hujan, dan tanpa tujuan. Jangan melarang gue, karena ini hidup gue!


Gue mau ngebut di antara air hujan yang dengan riangnya basahi seluruh tubuh. Dan ga berhenti, cuma terus dan terus, dan terus! Jangan menghalangi gue, karena ini adalah gue yang sesungguhnya!


Ada hal baik setelah selesai ngebut dengan kecepatan tinggi sendirian, semua hal yang mengganjal di pikiran hilang dibawa angin, dan dihapus air hujan. Yang ada tinggal lelah dan kosong. Lebih indah kosong dibanding terisi dengan segala hal yang membuat airmata jatuh!


Ya, kopi! Hitam pahit dalam gelas besar! Itu juga gue mau! Jangan pernah sentuh gelas gue! Itu minuman termanis dalam hidup gue.


Asap kretek? Ya! Biarkan itu isi rongga dada!Jangan sekali-kali berteriak tidak!


Biarkan gue nikmati apa yang gue inginkan saat ini... Sekedar menumpas rasa sakit yang menggila di hati...


Tapi 3 nyawa kecil yang merupakan cinta terindah dalam hidup, dengan pandangan matanya yang sendu memandang gue dengan iba. Dan itu menggenggam gue untuk tetap ada di sini... Ya, gue tetap ada di sini di depan lepi sendiri, dan menenangkan hati yang bergejolak dengan riuhnya pesta api...


Ah, gue masih di depan lepi.., dengan sebotol air mineral di samping, dan sebatang cokelat di pangkuan.., dan dengan cinta sejati di dalam hidup gue... Ngka, Esa, Pink...


Amarah dan sedih biar aja ada, dan biar aja hilang dengan sendirinya... Ingin itu biar aja jadi sebuah ingin... Motor tetap terparkir manis di teras, kopi tetap ga terhidang, dan asap kretek ga ada masuk ke rongga dada... Gue tetap ada di sini, di depan lepi, dan pada akhirnya tersenyum... 


Hm, biar aja gue tetap jadi gue yang lebih baik...


error






Comments

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...