Skip to main content

error berkata,"Snow white? Ga! Mau jadi diri sendiri aja"

Nonton Snow White and 7 Dwarf benar-benar bikin gue ternganga (bahasa Indonesianya apa yah ternganga itu? Melongo? Atau takjub mungkin ya?) dan bermimpi ingin jadi Snow White! Bertemu pangeran yang baik, dan bahagia selama-lamanya...


Tapi sewaktu lihat tuh Snow White harus naik kuda dan duduk miring dengan gaun indahnya yang sumpe-sumpe haduh, ribet bangeeet, gue jadi mikir, ternyata jadi seorang Snow White itu ribet, susah dan hm yang jelas bukan gue banget! Rambutnyaaaaa..., wew! Pasti lama nyisirnya! Haduh! Gaunnya? Waw! Dan begitu anggun feminin sekali Snow White itu. Sedangkan gue yang bercelana jeans, berkaos, berambut kucir satu, sepatu juga sepatu sneakers. Ga banget, bukan type snow white banget. Dan kudanyaaaaaa..., ufh, kudanyaaaa!! Pasti cape ya harus ngasih makan juga kalau di jalan tuh kuda ngantuk atau kebelet pup. Hedeh.., akhirnya gue memutuskan ga mau jadi putri kayak si snow white.


Nonton dongeng itu rasanya waaah.., waw! Happy ending-nya itu yang bikin gue termehek-mehek. Mauuuu dong bahagianya gituuu..! Pangerannya maaak, ganteng, baik, mencintai sepenuh hati, penuh perhatian, pokoknya te o pe be ge te gitu! Hmm, apa iya pangeran itu cuma ada di dongeng?


Gue ga butuh seorang pangeran ganteng. Gue ga butuh seorang yang te o pe be ge te seperti di dalam dongeng. Seorang yang te o pe be ge te gitu pasti juga akan memilih putri yang te o pe be ge te gitu juga. Dan gue? Huwehehehe... gue bukan yang te o pe be ge te seperti putri dalam dongeng, gue seorang perempuan yang bergerak sesuai dengan hati, bergerak easy going dan praktis. Feminin? Wew, jauuuuh bangeeet!


Pernah gue berusaha jadi feminin, berusaha jadi perempuan yang benar-benar girly, dan hasilnya? Waaah, obat pusing kepala jadi korban deh ditelan gue! Pusiiing, pusiiiing... Hahaha!! Gue memang bukan perempuan kalem yang cantik. Gue bukan perempuan yang hebat, gue perempuan yang menurut anak-anak gue adalah perempuan macho, padahal gue bukan tomboy dan juga suka dandan juga kok.


Ya, gue ga akan mau jadi seorang putri, gue cuma mau jadi diri sendiri aja. Gue bukan seorang yang hebat, tapi gue adalah seorang yang istimewa karena ada Ngka, Esa, Pink dalam hidup gue. Oh iya, ada lagi, gue limited edition! Hahaha...!! Ya, inilah gue...


Salam Senyum,
error



Comments

  1. jadi diri sendiri itu lebih mengasyikkan :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup bener banget mas... Yang terbaik itu jadi diri sendiri :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...