Sejak pagi aku bersama wanita ini. Digenggamnya aku tak pernah lepas. telapak tangannya yang berkeringat sejak tadi basahi aku. Jelas dia sedang dalam pikir yang serius. Dihelanya nafas panjang, dan disekanya airmata yang mulai hampir turun basahi pipinya. Wanita ini sedang gundah, tapi aku tak juga bersuara. Desah nafas karena tangis kentara sekali. Aku ingin membasuh airmata yang turun, tapi aku masih dalam genggamannya dan tak bisa berbuat apa-apa.
"kamu tak ada waktu untukku", desah wanita itu sambil memegangku lebih erat
"Ada, selalu ada waktu untukmu. Buktinya aku ada di sini saat ini", jawab pria yang menjemputnya barusan saja
"Tidak. Aku merindukanmu, tapi kamu tak merindukanku", wanita itu menyahut
"Siapa yang mengatakan hal itu padamu? Aku rindu, tapi memang pekerjaanku amat padat. Salahkan perusahaan tempatku bekerja, jangan salahkan aku", sambil tersenyum pria itu menjawabnya dan mengelus tangan wanita yang sejak tadi menundukkan kepalanya. Lalu melanjutkan,"Aku merindukanmu sangat, amat sangat. Aku punya rekaman video saat kamu sedang bicara di telefon dengan sahabatmu. Itu pengobat rinduku. Durasinya lumayan lama"
Terperangah wanita yang sedang terihat sedang berduka itu dan berkata,"Video? Aku? kapan? Aku tak pernah tahu akan hal itu"
Pria itu tertawa. Diambilnya tangan wanita itu dan dikecupnya. Hmm, dia tahu secara pasti bahwa wanita itu pasti amat menyayanginya. Dia tahu secara pasti bahwa wanita itu tak kan pernah marah padanya. Dia tahu secara pasti bahwa kehadirannya selalu membawa kebahagiaan bagi wanita itu. Pria yang hebat, dia bisa tahu secara pasti bahwa wanita itu takluk dalam kasihnya selama ini.
"kamu tak menjawabku", sang wanita mulai merajuk. kepalanya mulai bersandar di lengan si laki-laki.
"Hmm... rahasia", goda si pria. Lalu terdengarlah suara dari ponsel, suara seseorang sedang bicara sendiri.
"Haaai... Itu suaraku!!", teriak sang wanita. Hampir saja genggamannya melepaskanku.
"Hahaha!", tawa pria itu bergema. Terlihat senang sudah bisa menggoda.
Aku senang mendengar suara wanita yang sejak tadi sedih menjadi riang kembali. Lalu diambilnya ponsel yang sedang memutar rekaman dirinya yang sedang berkomunikasi dengan sahabatnya di telefon. Dia tersenyum. Aku masih digenggamnya erat-erat seakan takut kehilanganku.
Tawa canda mulai terdengar. Dia bermanja pada pria yang disayanginya. Aku tetap diam tak berkata apa-apa. Biarkan mereka menikmati waktu yang ada.
"kapan kamu bisa datang lagi?"
"Nanti, aku atur semuanya dulu. Pekerjaanku sedang padat", jawab sang pria
"Tapi aku merindukanmu"
"Sama, aku juga"
"Tapi aku menyayangimu amat sangat"
"Ya, sama"
keduanya lalu terdiam. Aku masih saja digenggam, tak dilepaskannya barang sejenak.
"Aku mau bertanya sedikit"
"Hm? Ya, mau tanya apa?"
"Sungguh mencintaiku?"
"Ya. I love you"
"Cuma itu?"
"I love you, ich liebe dich, wo ai ni, aku mencintaimu"
Wanita tertawa. Diremasnya aku kuat-kuat. Ah, wanita, selalu saja jatuh dalam rayu.
Lalu suara wanita dan lelaki itu menjauh, sayup-sayup terdengar olehku, dan akhirnya senyap. Hanya bau yang mampir di hidungku karena kini aku berada di tempat sampah. Ya, aku cuma selembar tissue yang digenggamnya hampir sehari penuh...
"kamu tak ada waktu untukku", desah wanita itu sambil memegangku lebih erat
"Ada, selalu ada waktu untukmu. Buktinya aku ada di sini saat ini", jawab pria yang menjemputnya barusan saja
"Tidak. Aku merindukanmu, tapi kamu tak merindukanku", wanita itu menyahut
"Siapa yang mengatakan hal itu padamu? Aku rindu, tapi memang pekerjaanku amat padat. Salahkan perusahaan tempatku bekerja, jangan salahkan aku", sambil tersenyum pria itu menjawabnya dan mengelus tangan wanita yang sejak tadi menundukkan kepalanya. Lalu melanjutkan,"Aku merindukanmu sangat, amat sangat. Aku punya rekaman video saat kamu sedang bicara di telefon dengan sahabatmu. Itu pengobat rinduku. Durasinya lumayan lama"
Terperangah wanita yang sedang terihat sedang berduka itu dan berkata,"Video? Aku? kapan? Aku tak pernah tahu akan hal itu"
Pria itu tertawa. Diambilnya tangan wanita itu dan dikecupnya. Hmm, dia tahu secara pasti bahwa wanita itu pasti amat menyayanginya. Dia tahu secara pasti bahwa wanita itu tak kan pernah marah padanya. Dia tahu secara pasti bahwa kehadirannya selalu membawa kebahagiaan bagi wanita itu. Pria yang hebat, dia bisa tahu secara pasti bahwa wanita itu takluk dalam kasihnya selama ini.
"kamu tak menjawabku", sang wanita mulai merajuk. kepalanya mulai bersandar di lengan si laki-laki.
"Hmm... rahasia", goda si pria. Lalu terdengarlah suara dari ponsel, suara seseorang sedang bicara sendiri.
"Haaai... Itu suaraku!!", teriak sang wanita. Hampir saja genggamannya melepaskanku.
"Hahaha!", tawa pria itu bergema. Terlihat senang sudah bisa menggoda.
Aku senang mendengar suara wanita yang sejak tadi sedih menjadi riang kembali. Lalu diambilnya ponsel yang sedang memutar rekaman dirinya yang sedang berkomunikasi dengan sahabatnya di telefon. Dia tersenyum. Aku masih digenggamnya erat-erat seakan takut kehilanganku.
Tawa canda mulai terdengar. Dia bermanja pada pria yang disayanginya. Aku tetap diam tak berkata apa-apa. Biarkan mereka menikmati waktu yang ada.
"kapan kamu bisa datang lagi?"
"Nanti, aku atur semuanya dulu. Pekerjaanku sedang padat", jawab sang pria
"Tapi aku merindukanmu"
"Sama, aku juga"
"Tapi aku menyayangimu amat sangat"
"Ya, sama"
keduanya lalu terdiam. Aku masih saja digenggam, tak dilepaskannya barang sejenak.
"Aku mau bertanya sedikit"
"Hm? Ya, mau tanya apa?"
"Sungguh mencintaiku?"
"Ya. I love you"
"Cuma itu?"
"I love you, ich liebe dich, wo ai ni, aku mencintaimu"
Wanita tertawa. Diremasnya aku kuat-kuat. Ah, wanita, selalu saja jatuh dalam rayu.
Lalu suara wanita dan lelaki itu menjauh, sayup-sayup terdengar olehku, dan akhirnya senyap. Hanya bau yang mampir di hidungku karena kini aku berada di tempat sampah. Ya, aku cuma selembar tissue yang digenggamnya hampir sehari penuh...
hemm.. nice story
ReplyDeleteMakasih mas Wandiawan :D
Delete