Menurut teman-teman yang kenal gue, Nita, Ninit, Error, adalah orang yang cerewet. Hehehe, gue ga menyangkal itu. Bener banget, memang cerewet! Tapi ada lagi yang bener dan orang ga tau.., bahwa dalam kecerewetan ini ada sudut pendiam. Hihi, teman-teman gue pasti pada menolak kalau gue nobatkan diri sebagai pendiam. Tapi ga bohong, gue memang pendiam. Aslinya gue adalah perempuan pendiam, walau bukan perempuan kalem.
Seringkali gue menjawab atau menganalisa di dalam hati. Yup, sering banget gue jadi orang yang ga asertif. Diam aja, ga bicara. Misalkan bicara, tetap ada yang disimpan dalam hati. Yang diucap hati ga diucap oleh mulut. Ga bisa terucap! Dan hasilnya, ya ini dia, menjadi tulisan. Jari yang jadi pengucap kalimat hati. Bukan mulut yang bicara, tapi jari yang bicara.
Bahagia, sedih, kecewa, tawa, imajinasi, dan juga pemikiran-pemikiran yang ada di otak, diucap oleh jari. Jari bebas mengucap apapun yang ada di hati. Lewat puisi, curhat curcol, cerita, apapun itu, semua menjadi tulisan. Jari mengambil alih tugas mulut, bicara. Imajinasi kadang lari-lari dan jari mengejar untuk kemudian ditulis. Cerita hidup sehari-hari, keseharian yang berjalan, menjadi cerita hati dan diucap juga oleh jari.
Bersyukur menjadi orang pendiam yang cerewet, danmenjadi orang cerewet yang pendiam. Gue suka susah bicara pada orang yang baru gue kenal, tapi bisa jadi gue langsung cerewet sewaktu baru kenal. Dan pada teman yang sudah lama kenal, gue dah pasti cerewet, dan ada pendiamnya. Hehe, gue suka bicara dalam otak alias mikir aja sendiri, dan bicara dalam hati sewaktu menemui satu kejadian. Gue banyak mendengarkan. Gue bicara karena menjawab, dan itu biasanya jawaban panjaaaang, makanya dibilang cerewet.
Tulisan gue suka ga jelas, seperti tulisan yang sekarang ini. Ini yang gue rasa tentang gue, dan ga bisa gue ucapin ke teman-teman, dan hasilnya jari ambil alih, jari yang bicara. Sewaktu jari bicara, gue ada di depan lepi. Anak-anak gue suka menemani, dan ajak bicara. Jadi sambil jari bicara, mulut gue bicara ke anak-anak gue. Hehe, mixing pendiam dan cerewet. Tapi juga bisa jadi gue duduk depan lepi sendirian, nulis-nulis sendiri.
Ya inilah gue, si pendiam yang cerewet, atau si cerewet yang pendiam. Tapi yang jelas gue bersyukur karena gue diberi hadiah jari yang bisa berucap dan bisa ambil alih tugas mulut. Bersyukur punya jari yang bisa bicara. Ini anugerah, dan ini membuat gue jadi tenang, karena ganjalan di hati jadi berkurang. Ya maaf aja kalau yang baca malah jadi ada ganjalan di hati... Hahaha..!!
Makasih ya sudah mendengar jari gue bicara...
Salam senyum,
error
Seringkali gue menjawab atau menganalisa di dalam hati. Yup, sering banget gue jadi orang yang ga asertif. Diam aja, ga bicara. Misalkan bicara, tetap ada yang disimpan dalam hati. Yang diucap hati ga diucap oleh mulut. Ga bisa terucap! Dan hasilnya, ya ini dia, menjadi tulisan. Jari yang jadi pengucap kalimat hati. Bukan mulut yang bicara, tapi jari yang bicara.
Bahagia, sedih, kecewa, tawa, imajinasi, dan juga pemikiran-pemikiran yang ada di otak, diucap oleh jari. Jari bebas mengucap apapun yang ada di hati. Lewat puisi, curhat curcol, cerita, apapun itu, semua menjadi tulisan. Jari mengambil alih tugas mulut, bicara. Imajinasi kadang lari-lari dan jari mengejar untuk kemudian ditulis. Cerita hidup sehari-hari, keseharian yang berjalan, menjadi cerita hati dan diucap juga oleh jari.
Bersyukur menjadi orang pendiam yang cerewet, danmenjadi orang cerewet yang pendiam. Gue suka susah bicara pada orang yang baru gue kenal, tapi bisa jadi gue langsung cerewet sewaktu baru kenal. Dan pada teman yang sudah lama kenal, gue dah pasti cerewet, dan ada pendiamnya. Hehe, gue suka bicara dalam otak alias mikir aja sendiri, dan bicara dalam hati sewaktu menemui satu kejadian. Gue banyak mendengarkan. Gue bicara karena menjawab, dan itu biasanya jawaban panjaaaang, makanya dibilang cerewet.
Tulisan gue suka ga jelas, seperti tulisan yang sekarang ini. Ini yang gue rasa tentang gue, dan ga bisa gue ucapin ke teman-teman, dan hasilnya jari ambil alih, jari yang bicara. Sewaktu jari bicara, gue ada di depan lepi. Anak-anak gue suka menemani, dan ajak bicara. Jadi sambil jari bicara, mulut gue bicara ke anak-anak gue. Hehe, mixing pendiam dan cerewet. Tapi juga bisa jadi gue duduk depan lepi sendirian, nulis-nulis sendiri.
Ya inilah gue, si pendiam yang cerewet, atau si cerewet yang pendiam. Tapi yang jelas gue bersyukur karena gue diberi hadiah jari yang bisa berucap dan bisa ambil alih tugas mulut. Bersyukur punya jari yang bisa bicara. Ini anugerah, dan ini membuat gue jadi tenang, karena ganjalan di hati jadi berkurang. Ya maaf aja kalau yang baca malah jadi ada ganjalan di hati... Hahaha..!!
Makasih ya sudah mendengar jari gue bicara...
Salam senyum,
error
Cerewet itu....tanda sayang+perhatian mbak. Apalagi sama anak:D malah jos gandos *haha gak nyambung-_-
ReplyDeletehaha, ga nyambung ga apa-apa mbak, ni masih nyambung kok, masih tentang cerewet-cerewet juga... haha :D
Delete