Skip to main content

error,"Cintaku sebesar garam padamu"

Jika ditanya sebesar apa cinta yg kumiliki untukmu, jawabanku adalah sebesar garam. Ya, cintaku sebesar garam dalam masakan...


Garam itu terlihat sepele karena sosoknya ga sebesar rumah, ga semewah intan permata atau apa deh yang hebat-hebat. Hehe, ga sebesar gardu induk. Tapi garam itu benar-benar punya peran penting dalam hidup.


Garam itu asin. Ga perlu banyak-banyak aja dah asin. Segala sesuatu yang berlebihan itu memang ga enak kan? Jadi garam secukupnya, itulah cintaku padamu. Mencukupi cinta dalam hidupmu (cuwit cuwiiit!!).


Cintaku sebesar garam, cintaku garam yang tak berlebih. Mencintaimu dengan menggarami hidupmu, itulah cintaku.


Maafkan aku yang tak mencintaimu setinggi langit, seluas angkasa. Cintaku adalah garam. Cintaku sebesar garam.


Jika kamu menolak cintaku yang sebesar garam dan bagaikan garam, berhentilah memakan masakan yang bergaram. Makanlah makanan tanpa garam. Itulah hidupmu tanpaku, hambar.


Cintaku sebesar garam, ya, sebesar garam...



Salam cinta dan senyum,

error



Comments

  1. hehehe.. bener juga nih perumpamaannya.. klo sebesar gula, gimana mb ?? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe, kalo gula kan ga sepenting garam penggunaannya. Ada yang suka gula ada yang suka tanpa gula. kalau garam, pasti digunakan untuk masakan. Hehehe... :D

      Delete
  2. walah, kalo garam berarti asin donk ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. kan "Cintaku sebesar garam, cintaku garam yang tak berlebih...", jadi ga asin... Hehehe...

      Delete
  3. bisa banget kak nita perumpamaannya :D
    follow blog saya dong kak alinafaiza.blogspot.com
    newbie nih mba..hhe

    ReplyDelete
  4. Keren..Betul-betul ngena. Si kecil yang cerdas ya garam itu..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

...Filosofi Tembok dari Seorang di Sisi Hidup...

Sisi Hidup pernah berbincang dalam tulisan dengan gw. Berbicara tentang tembok. Gw begitu terpana dengan filosofi temboknya. Begitu baiknya tembok. 'Tembok tetap diam saat orang bersandar padanya. Dia pasrah akan takdirnya. Apapun yang dilakukan orang atau siapapun, tembok hanya diam. Tak bergerak, tak menolak. Cuma diam. Tembok ada untuk bersandar. Gw mau jadi tembok' Itu yang diucapnya Gw ga habis pikir tentang fiosofi tembok yang bener-bener bisa pasrah diam saat orang berbuat apapun padanya. karena gw adalah orang yg bergerak terus. Tapi sungguh, takjub gw akan pemikiran tembok yang bener-bener berbeda ama pemikiran gw yang selalu bergerak. Tembok yang diam saat siapapun berbuat apapun padanya bener-bener menggelitik gw. Gw sempet protes, karena menurut gw, masa cuma untuk bersandar ajah?? Masa ga berbuat apa-apa?? Dan jawabannya mengejutkan gw... 'Gw memang ga pengen apa-apa lagi. Gw cuma mau diam' Gw terpana, takjub... Gw tau siapa yang bicara tentang tembok. Ora...

Prediksi Jitu, Nomor Jitu, Akibatnya juga Jitu

Sebenarnya ini sebuah cerita dari pengalaman seorang teman beberapa tahun yang lalu. Judi, ya mengenai judi. Temanku itu bukan seorang kaya harta, tapi juga bukan seorang yang berkekurangan menurutku, karena tetap saja masih ada orang yang jauh lebih berkekurangan dibanding dia. Empat orang anaknya bersekolah di sekolah swasta yang lumayan bergengsi di kota kami dulu. Tapi temanku itu tetap saja merasa 'miskin'. Selalu mengeluh,"Aku ga punya uang, penghasilan papanya anak-anak cuma berapa. Ga cukup untuk ini dan itu." Hampir setiap hari aku mendengar keluhannya, dan aku cuma tersenyum mendengarnya. Pernah aku menjawab,"Banyak yang jauh berkekurangan dibanding kamu". Dan itu mengundang airmatanya turun. Perumahan tempat kami tinggal memang terkenal 'langganan banjir', jadi pemilik rumah di sana berlomba-lomba menaikkan rumah posisi rumah lebih tinggi dari jalan, dan temanku berkeinginan meninggikan posisi rumahnya yang juga termasuk 'langganan ba...

Han

"Maafkan aku." Aku diam terpaku melihatnya. Tak bisa berkata apapun. Bulir-bulir air mata turun membasahi wajah.  "Maafkan aku, Err." Dia berkata lagi sambil mengulurkan tangannya hendak menjabat tanganku. Dan aku hanya diam tak sanggup bergerak apalagi menjawabnya. Bagaimana mungkin aku bisa bereaksi ketika tiba-tiba seseorang dari masa lalu muncul di depanku untuk meminta maaf.  Amat mengejutkan. Apalagi melihat penampilannya  yang berbeda dengan dia yang kukenal dulu. Berantakan, kotor. Rambutnya juga tak teratur. Lalu kulihat bibirnya bergerak tapi tak terdengar suaranya. Hanya saja aku tahu apa yang diucapkannya. Lagi-lagi permohonan maaf. Setelah bertahun-tahun kami tak bertemu dan tak berkomunikasi sama sekali, detik ini aku melihatnya! Masih hapal dengan sosoknya, juga hapal suaranya. Han! Bukan seorang yang gagah, juga bukan sosok kuat. Tapi dia adalah orang yang kucintai. Han yang penyayang, penuh perhatian, dan sabar. Terkadang kami berbeda pendapat dan r...